Friday, October 24, 2008

lalu hujan

kau menanti hujan
jatuh di beranda
menengadah
memeluk gerimis
enggan kehilangan


terkurung lupa
semua tiada
mimpi yang sakit
rindu yang sakit
luruh dalam dekapan
tersiksa hujan lamunan

kau tak percaya
sebab
pada setiap lenguhmu
selalu itu yang kau keluhkan
selalu itu yang kau gelisahkan

kau terkapar
tak mati-mati
hanya kosong
kedunguan mengambang
begitu panjang
dan hujan tak kunjung datang

Tuesday, October 21, 2008

kansha galuh kineta

dari hasil pemeriksaan usg, istri saya mengandung bayi perempuan. posisi kepalanya pun sudah di bawah, tidak lagi di atas seperti kemarin-kemarin. dan yang membuat saya semakin lega, plasentanya tidak lagi letak rendah atau placenta previa, sehingga mudah-mudahan jalan lahir si bayi tak lagi terhalang.

sore tadi istri saya memberi kabar begitu, sepulang dari dokter. nada suaranya riang sekali. ia seperti menyimpan kelegaan serupa seperti saya. sekitar tiga minggu lalu, ketika ke dokter bersama, istri saya memang terlihat cemas ketika dokter memberi tahu kepala si bayi ada di atas dan placenta previa. kasihan melihat wajah istri saya saat itu. mungkin itu sebabnya saya begitu mencintainya. begitu menyayanginya. dan tak seorang pun bisa menggantikannya di lembah hati saya terdalam... tak seorang pun...

syukurlah, setelah memperbanyak sujud, semuanya kembali seperti yang diharapkan. mudah-mudahan, anak kami kelak, bisa menjalani proses persalinan dengan lancar. apa pun jenis kelaminnya, saya tak terlalu memikirkan. awal-awal sih memang, saya berharap banyak lelaki. agar bisa diajak main playstasion setiap hari. tapi, makin besar bulan, yang tepikirkan bukan lagi itu. perempuan pun tidak apa-apa. sama saja. yang penting sehat wal afiat.

rencananya, kalau perempuan, saya akan memberi nama kansha galuh kineta. artinya, perempuan baik yang energetik. hehehe. soalnya bingung mau memberi nama apa. setelah cari-cari, ya begitu sajalah. perpaduan bahasa arab, jawa, dan yunani.

tapi, kalau prediksi usg salah dan ternyata anaknya lelaki? waduh, siapa ya... azka azizi torres? atau siapa ya? ah, musti disiapkan dua nih...

Friday, October 17, 2008

untukmu terkasih

kasih
ketika hati rasa dan jiwa
serta apa saja yang tersembunyi
di dada ini mulai tergetar

karena keindahan matamu
karena kelembutan senyummu
karena taburan kasihmu
justru bayangmu makin sulit kurengkuh

kabut sunyi mulai merayap di hati
bayangmu semakin sulit kucari
aku tak tahu harus berbuat apa

angin dan burung-burng pun membisu
ketika kutanya tentangmu tentang getaran hatimu
tentang apa saja yang bertalian dengan jiwamu

*
lagu baru iwan fals ciptaan fajar budiman, file mp3nya cuma ada di laptop iwan fals sendiri... ketika menerima lirik ini lewat sms yang diberikan fajar, iwan fals mengatakan kepalanya langsung cenut-cenut...

sedangkan saya, sesaat setelah mendengarnya, serasa sunyi langsung merayap, sampai begitu lama...
lama sekali saya terdiam. nyaris menangis...
*

Thursday, October 16, 2008

rindu istrinya

izinkan saya bersedih karena rindu. dari kamar yang berantakan, saya membayangkan istri jauh di yogya, terlelap pulas dengan perut membuncit enam bulan usia kandungan.

saya terakhir kali bertemu lebaran lalu. saya bahagia ketika itu, karena ia bisa bersama saya di jakarta. tapi setelah ia kembali ke yogya, kembali pula saya sendirian. dan di pagi buta begini, saya belum mampu tertidur. saya rindu istri. dan saya bersedih karenanya.

saya sayang sekali padanya. dia perempuan yang baik, cantik, kadang juga lugu sekali. hal terakhir yang saya sebut, belakangan, membuat saya sering tersenyum sendiri. dan saya makin mencintainya. sungguh.

saya tidak sabar menunggu tujuh november. saya akan ke yogya, menjemputnya untuk membawa ke jakarta. ada rencana tujuh bulanan kandungan. untuk itu saya perlu cuti.

semoga semua lancar, semoga semua berjalan baik-baik saja. semoga rindu ini terbayar ketika suaranya terdengar dan wajahnya terlihat esok hari, meski hanya sesaat lewat telepon.

saya rindu sekali, cinta sekali... padamu, perempuan yang bersemayam jauh di kalbu...

Tuesday, October 14, 2008

sungguh, seperti juga kau

aku menjadi ombak
dalam riuh riak memberontak
buih-buih meninggalkan koyak
rusak
menyisakan tanya di geladak

wahai pagi yang muram
kan kuingat segala kelam
selangkah pun tak ku diam
hingga kau tertatih dan tenggelam

dalam hati yang terdalam
persis pualam yang tak kenal suram...

seperti juga kau
sungguh
rinduku abadi tak luruh...

Tuesday, September 30, 2008

saya senang sekali, istri saya bisa berlebaran di jakarta, sesuatu yang tidak saya harapkan karena memang terlihat kemungkinannya kecil sekali. istri saya sempat tidak tahu jadwal libur kerjanya. ya sudah. eh, tapi ternyata dia bisa. wah... saya bahagia sekali. ini lebaran pertamanya di jakarta, pertama kalinya pula saya berlebaran dengan status sebagai suami.

jam lima nanti, kalau tidak terlambat (sebetulnya itu saja sudah lewat dari jadwal), saya akan menjemputnya di jatinegara. sehabis sahur saya akan langsung tancap gas ke sana. kasihan dia sendirian. apalagi bawaanya lumayan banyak.

Friday, August 15, 2008

ketika imam b prasojo menangis

seorang imam b prasojo menangis dan saya terperanjat. berkali-kali jemarinya mengusap air mata. sosiolog ini tak sanggup menahan ledakan keharuan, ketika ia mengungkapkan kisah pengabdian seorang bidan di pedalaman baduy bernama ros rosita.

ia nyaris tak percaya. di tengah mewabahnya perilaku orang kota yang kerap mengeluh, sering gelisah tak tentu, kok, ada seorang bidan yang mau mengabdikan dirinya habis-habisan di pedalaman meski dibayar cuma sepuluh ribu rupiah saat membantu proses persalinan.

terlebih lagi, imam makin kagum ketika tahu bidan ros tak mau dipindah ke tempat lain yang lebih "basah", ketimbang bergelut di baduy yang melelahkan karena musti turun naik bukit berjam-jam jalan kaki tiap kali ke pos yandu.

ada keikhlasan yang dijumpai imam, yang tak ia temui pada sosok lain, terlebih lagi pada orang-orang kota yang menurut dia, berwatak tamak, picik, dan serakah.

melihat imam b prasojo menangis, saya tercenung. membayangkan apa yang ia bayangkan. apa yang ia harukan. apa yang ia rasakan.

dan tiba-tiba saya menjadi begitu hormat padanya. saya senang dengan orang yang memiliki hati seperti ini. mudah menangis, pada hal yang memang sepantasnya ditangisi...

berulang-ulang saya teringat wajah imam yang tak kuat menahan haru.

saya tiba-tiba tidak merasa sendirian, meski dini hari tadi, saya pulang pukul tiga pagi seorang diri...

Thursday, August 14, 2008

aku tak akan pernah

aku ingin harummu
meruap dalam pengujung sepi
menjadi rintik gerimis
menyapu debu dahaga
ketika rindu menghampar
di jeda malam yang luas
dalam sunyi yang letih

aku ingin senyummu
alunan nada menidurkan
tempat gelisah berpulang
penunjuk arah
ketika hati
tak lagi sanggup
mebiarkan kau pudar dalam lamunan

aku tak akan pernah bisa lupa
aku tak akan pernah bisa saja

Friday, June 27, 2008

istrinya suaminya lagi

istrinya sedang sedih. sudah sebulan suaminya tak ke yogya. suaminya bukan tak ingin pulang, tapi padatnya pekerjaan membuat suaminya kehilangan waktu untuk pulang dalam waktu dekat.

istrinya cuma sedih. istrinya tidak marah. sedih saja. sedihnya juga bukan sedih yang merengek-rengek sampai memaksa-maksa suaminya harus pulang, misalnya. mungkin istrinya rindu. pasti rindu. sebab suaminya pun begitu. suaminya ingin melihat istrinya yang perutnya pasti makin membesar. kalau tidak salah, sudah tiga bulan lewat sehari usia kandungan istrinya. ah, suaminya membayangkan perut istrinya yang makin membuncit.

suaminya merasa bersalah, meski sebetulnya suaminya tidak bersalah. istrinya paham betu l situasinya. suaminya janji, saat waktunya pas, suaminya akan pulang. mungkin di pekan ini. suaminya sangat ingin memeluk istrinya. sangat ingin mendengar cerita-ceritanya tentang apa saja. sambil mendengar tawanya yang ringan. suaminya rindu usapan tangan ke rambut suaminya yang memanjang. sampai saat ini, suaminya masih belum memenuhi keinginan istrinya untuk memotong rambut. ah, istrinya pasti akan cemberut. lalu diam. dan tidak memaksa-maksa lagi suaminya untuk memotong rambut. biasanya, kalau sudah begitu, suaminya malah akan memangkasnya...

di malam menjelang pagi begini, suaminya membatin. suaminya harus pulang menjumpai istrinya. persinggahan terindah dari segala yang indah yang pernah disinggahi suaminya...

miss you istrinya...

Friday, May 30, 2008

purnama

padi menguning tinggal dipanen
bening air dari gunung
ada juga yang kekeringan
karena kemarau

semilir angin perubahan
langit mendung kemerahan
pulanglah kitari lembah
persawahan


purnama di desa adalah sebuah prosesi menikmati sinetron cahaya, cinta bunga, cinta fitri, entah cinta-cinta siapa lagi, reality show extravaganza, empat mata atau ber-sms ria dengan ponsel kelas menengah ke bawah.

saya tengah berada di gunung kidul, yogyakarta, ketika purnama mei tiba. desa yang pernah ditimpa kelaparan dan sejumlah penduduknya menyantap nasi aking ini, dulu sekali, seperti layaknya desa-desa di tanah jawa, adalah sebuah desa yang meriah setiap purnama datang.

dulu sekali pula, malam bulan purnama di desa yang jaraknya sekitar dua jam dari pusat yogya ini, adalah malam yang riuh dengan lari bocah dan senda gurau perempuan tua berkebaya atau lelaki renta menarik rokok klobot di beranda.

dan setiap itu pula, purnama membuat wajah desa ceria, berhias cahaya bulan dari balik dahan dan ranting pohon mangga atau jati tua.

ada bocah-bocah bermain karet, bermain kuda dari pelepah pisang, bermain gobak sodor, bermain benteng, macam-macam. sementara ibu atau ayah mereka duduk atau berdiri di sekitar sambil ikut bergembira.

bulan purnama menjadi sebuah momen rekreatif setelah seharian mencari kayu bakar di belantara rimba atau menuai padi di sawah.

semuanya persis seperti gambar-gambar di buku pelajaran yang pernah saya lihat sewaktu duduk di sekolah dasar.

tapi itu dulu.

sekarang? tidak cuma di gunung kidul. tiap kali saya singgah di dusun-dusun pelosok jawa. dan kebetulan beberapa kali pula jatuh purnama, yang terlihat hanyalah sebuah lorong jalan tanah khas pedesaan yang senyap, dengan rumah-rumah separuh bilik dan batu yang bisu. malam purnama seperti sebuah malam yang lelah. tak terdengar sedikit pun gelak tawa bocah berkeliaran, selain derik jangkrik dan suara kodok di pematang.

desa-desa berubah dan saya kehilangan sejarah, meski saya lahir di kota.

tentu buku-buku pelajaran sekolah dasar saya dulu tak menipu. waktu rupanya telah menggiring kemurnian desa, yang tengah belajar merangkak menjadi duplikat kota yang pongah.

saya berjalan keliling kampung. sendirian. saya berpapasan dengan satu dua orang, atau menyaksikan satu dua pula warga duduk di bambu-bambu yang dirangkai menjadi bangku panjang. mereka santun dan ramah, watak khas jawa. tapi selebihnya, yang tampak hanyalah lorong sepi. di langit, bulan purnama seperti gadis yang tak memikat untuk ditemani.

pada sebuah warung, saya berhenti. membeli rokok. lengkap juga. terbukti ada marlboro, bertumpuk-tumpuk bersama rokok-rokok jawa yang namanya lucu-lucu. ada gentong, klenteng, tokcer, dan lain-lain.

di situ pula, saya melihat televisi dengan adegan seorang ibu tapi berwajah remaja, sedang teriak-teriak memarahi anaknya. dan keluarga pemilik warung itu duduk serius di depan televisi. ada yang tiduran. ada yang menganga. melupakan purnama indah di luar sana.

saya kembali berjalan. melewati jalan desa yang senyap. di halaman sebuah rumah, di bawah lampu yang cahayanya redup, terlihat seorang gadis tengah bersms ria. tersenyum sendiri. mungkin sedang bahagia karena kekasihnya akan datang malam minggu nanti. pada sebuah rumah yang lain lagi, terdengar suara tukul arwana menghina diri sendiri dalam empat mata. pada sebuah rumah lagi terdengar seorang remaja mengemis cinta dalam sinetron cahaya.

pada lahan kosong yang mestinya menjadi tempat bermain bocah-bocah, saya melihat dua ekor anjing tengah menggonggong berkejaran. berebut tulang ayam. sisa santapan sebuah keluarga yang tampaknya enggan memasak, karena lebih praktis membeli langsung dari sebuah kedai yang mengklaim sebagai jagonya ayam.

saya terus melangkah, saya merasa asing.

Friday, May 09, 2008

rindu cinta

ini cerita tentang rindu. geliat pada detik yang tumbuh bersama gelisah. tersenyum sendiri. seperti gila. tanpa sadar. membayangkan waktu tuntas bersama.

ini cerita tentang cinta. riak pada ombak yang tersapu angin resah. teringat selalu. bagai lupa. tanpa peduli. memimpikan hari terisi berdua.

sepanjang waktu
sepanjang hari

berisi rindu
berisi cinta

Thursday, March 20, 2008

!#$%^#$%

heran, bodoh kok gak ilang-ilang. pertama kali wawancara ini orang 13 tahun lalu, lima menit pertama langsung terasa, emang cetek isinya. nah, 13 tahun berlalu, orang ini masih aja dangkal. baca deh: si goblok!.

"hm, gini ya ibu gendut. terserah lo kali mo ga lulus S1 atau S berapa kek. dan terserah lo juga deh mo nyalonin jadi presiden atau gak (gue sih ga bakal milih lo atau siapa pun kecuali iwan fals nyalonin). tapi maksud gue tuh, ga usahlah bawa-bawa contoh Rasul yang gak S1 bisa mimpin umat begitu banyak. ya bedalah! biar lo bilang ga bermaksud nyama-nyamain capres indo yang bersyarat S1 dengan Rasul yang ga lulus S1, kalimat lo itu namanya retorika. ngerti retorika kan bu ndut? kalimat yang tak perlu jawaban. kalimat yang maknanya ga pernah gamblang bisa diartikan harafiah."

"nah, bu ndut ndut ndut, kualitas ente, dan kita-kita manusia ini juga, jelas bedalah sama kualitas Rasul sebagai manusia. waktu kecil, Rasul, khususnya nabi Muhammad SAW, dadanya dibelah lalu dicuci hatinya oleh dua malaikat! Rasul-rasul itu pilihan Allah SWT, sedangkan ente, juga kite-kite nih, ga tau deh pilihan siape. tolong deh, jangan gila doooong..."

sumpah, capek gue. bikin ngantuk ilang aja. punya hobi kok bodoh. sudah bodoh mau jadi presiden... dasar goblok! kesel kan jadinya nih. ah!

Wednesday, March 12, 2008

padamu saja aku jatuh

padamu bulan
aku terpesona
sampai tepian
yang hanya Dia
yang bisa melintasinya

padamu perempuan
aku jatuh cinta
sampai batas
yang hanya Dia
yang bisa mengukurnya

padamu rindu
izinkan aku bahagia
sampai jauh
yang hanya Dia
yang bisa merasakannya

Tuesday, March 04, 2008

Andai Fahri dan Aisha Katolik

apa jadinya jika fahri dan aisha bukanlah muslim, tetapi katolik, dan maria yang muslim, bukan kristen koptik? pasti ending film ayat-ayat cinta yang sampai sekarang masih disesaki penonton itu, akan berakhir lain.

dalam film, maria digambarkan sebagai gadis mesir penganut kristen koptik. perbedaan kristen koptik dan katolik terletak pada hirarki gerejawi. penganut koptik tidak mengakui keuskupan roma sebagai pimpinan tertinggi gereja. keuskupan koptik terpusat di alexandria, mesir, bukan di vatikan.

meski memiliki perbedaan pada hirarki gerejawi, baik koptik atau katolik, sama-sama menolak poligami. menikah tetap harus dengan satu orang dan tidak ada perceraian sebab hanya kematian yang bisa memisahkan. begitulah katolik dan koptik memegang keyakinan tentang pernikahan.

tapi, sekali lagi, apa jadinya jika fahri dan aisha bukanlah muslim, tetapi katolik, dan maria yang muslim, bukan kristen koptik?

ending film ayat-ayat cinta pasti akan berakhir lain.

bisa jadi maria akan tetap sakit dan tidak bangun-bangun, tanpa sempat dinikahi fahri. bisa jadi pula, meski katakanlah maria harus mati karena tidak bisa sembuh dari sakit--obatnya untuk sembuh adalah menikah dengan fahri--itu sudah menjadi risiko maria yang jatuh cinta sampai sekarat terhadap fahri.

tapi, di film fahri adalah seorang muslim. sebagai penganut muslim, fahri diizinkan berpoligami. maka maria pun dinikahkan. dan maria pun sembuh dari sakit parahnya. andai fahri katolik, tentu akan sulit sekali baginya menolong menyembuhkan maria dari sakit berkepanjangan sampai koma begitu.

selepas menyaksikan ayat-ayat cinta--saya nonton film ini dua kali, karena begitu terpesona dengan mata rianti cartwhright di balik cadar--saya teringat obrolan dengan seorang pastor beberapa waktu silam, jauh sebelum ayat-ayat cinta dirilis.

entah bagaimana, obrolan kami membahas soal pernikahan. saya ingat, ketika itu dia bilang, kini banyak orang-orang terkenal tanpa malu-malu memiliki istri lebih dari satu. tanpa malu-malu menikah lagi dan menikah lagi. sampai bisa punya istri empat. katolik tidak begitu. bagi umat katolik, pernikahan cuma sekali dan hanya kematian yang bisa memisahkannya. (saat itu saya berpikir, bagaimana kalau suami atau istrinya kerap melakukan tindak kekerasan atau selingkuh parah, apa masih mau hidup serumah tidak bercerai? yang benar saja).

tapi saya tidak mau terjebak pada perdebatan. perbedaan sudut pandang dan prinsip serta keyakinan akan membuat debat itu tetap mentah. jadi saya biarkan saja sang pastor itu nyerocos dan menggugat paham poligami.

meski diizinkan dalam islam, poligami tidaklah mudah. "adil terhadap satu istri saja itu susah, apalagi dua," sindiran manis ini terjadi dalam dialog ayat-ayat cinta. sindiran yang dicetuskan juga oleh umat islam, syaiful, teman fahri.

banyak umat muslim percaya, poligami meski dibolehkan, tapi bukanlah sebuah keharusan dan wajib dijalankan. syaratnya berat. dan musti dengan izin istri pertama. tidak bisa diam-diam. bila istri pertama tidak mau, ya pernikahan lanjutan itu tidak afdol.

dalam film, aisha mengizinkan fahri menikahi maria, agar maria sembuh dari sakitnya. perempuan yang jatuh cinta habis-habisan memang bisa berdampak aneh-aneh kalau tak terwujud keinginannya. dan maria bahaya, jika ia tak dinikahi fahri, ia bisa mati sia-sia membawa cintanya.

dan aisha pun mengizinkan, meski hatinya perih dan cemburu membakar dadanya. fahri menikahi maria, dan seketika, alam bawah sadarnya membangunkan ia dari koma panjang.

sebuah film yang dahsyat, bagaimana poligami menjadi solusi yang indah, juga digambarkan bahwa poligami tidaklah mudah. jangan dikira setiap muslim mau berpoligami! hanung bramantyo yang penuh "darah" memperjuangkan film ini, luar biasa menyutradarainya.

banyak yang bilang film ini keluar dari novelnya yang dahsyat. tidak ada visual maria tak bisa menembus pintu surga karena cuma umat nabi Muhammad yang bisa ke surga dan kuncinya adalah syahadat. tidak ada visual maria--yang hafal surat maryam--bertemu dengan siti maryam atau di katolik dikenal sebagai bunda maria--ibunda nabi isa. biar saja. pertimbangan sara mungkin menjadi alasan. selalu ada perbedaan antara teks dan visual. teks membuat imajinasi bebas melayang sedangkan visual kita tidak bisa diberi pilihan menghayal selain menyaksikan dalam sebuah layar.

setelah menyaksikan ayat-ayat cinta, yang sepertinya saya ingin lihat lagi, saya cuma membayangkan, andai fahri dan aisha katolik, pasti maria akan menderita sekali. mati membawa cintanya sampai mati. cinta yang agungkah? saya pikir, menyelamatkan nyawa manusia, meski dengan jalan menikahinya, lebih penting ketimbang hal lainnya. dengan persetujuan istri pertama tentunya.

Allahu Akbar!

Wednesday, February 27, 2008

pebulung

jujur, saya benci menangis. tapi pagi ini, setelah menutup telepon, mata saya basah. saya tak mengerti dari mana datangnya muram itu. sunyi tiba-tiba merayap begitu saja. sungguh berat rasanya memikul sebuah cinta yang besar. tapi mungkin ini bukan sekadar jalan hidup. ini sebuah amanat.

cinta yang saya miliki, memang hanya untuk dia, meski begitu sulit menjelaskan dengan kata-kata kenapa kami tak kunjung bisa bersama. galibnya sebuah amanat, ia harus tetap digenggam sampai kapan pun.

berkali-kali saya berpaling. bahkan harus menjadi gila untuk menepikan sebentar saja senyumnya. tapi setiap saya menoleh, menunduk, mendongak atau bahkan terpejam. lagi-lagi dia yang datang. seperti sebuah cermin besar melingkar dan saya ada di tengah-tengahnya. sebuah rumah kaca yang pantulannya tak menampilkan diri saya, tetapi dirinya. matanya, saya ingat sekali binarnya, sungguh-sungguh menggangu.

saya percaya, ada sejuta rencana yang tak pernah kita paham sebagai manusia. sejuta tanya misalnya kenapa Tuhan sering kali seperti tak memberi jalan. kenapa Dia seperti melarang dalam tanda kutip, "hei mahkluk-Ku yang lemah, kamu tidak boleh ke sana, di sini saja, meskipun kau mencintainya habis-habisan."

jahatkah Tuhan? mungkin. karena kuasa-Nya mata saya menjadi basah pagi ini. tapi bisa juga tidak. boleh jadi Tuhan cuma ingin menegaskan, seperti firman-Nya dalam kitab suci (hei, di telepon tadi dia mengutip, saya senang sekali mendengarnya, karena ayat suci itu memang sungguh bagus). "yang menurutmu baik belum tentu baik untukmu. yang buruk untukmu belum tentu buruk untukmu. sesungguhnya Aku mahatahu." begitu Tuhan berfirman, kira-kira.

pukul sepuluh lewat sepuluh. saya teringat ucapan pebulung. kakek tua, sesepuh adat dayak kenyah--ia besar di pedalaman dan memiliki hati yang luar biasa peka soal hidup. begini katanya, "semua akan berubah, terus menerus. kita cuma bisa melihat segalanya pelan-pelan. jalani saja hidup ini dengan gembira..." konteksnya, ketika ia bicara begitu, ia memprihatinkan hutan dan budaya dayak yang perlahan hilang dan memudar tergerus budaya kota yang rakus dan permisif. di suatu senja, saat gerimis dan kami berbincang di beranda rumah panggung sederhananya.

kalimat itu terngiang begitu saja ketika pagi ini saya kelelahan menjalani perubahan.

alunan forever and one-nya helloween, senyum bijak pebulung tua, dan dia yang ada di mana-mana, mungkin memang bagian dari hati saya pagi ini. entah besok apa lagi, saya tidak tahu. saya tak ingin menyeka air mata. biarkan saja, karena ini bukan sebuah siksaan, tapi anugerah. ya, saya percaya, cinta abadi yang berat begini adalah sebuah karunia. haruskah saya marah pada karunia?

percayalah, air mata ini tangis bahagia karena saya bersyukur sempat sekian lama bersama seorang yang membuat hati saya luar biasa lapangnya. luar biasa indahnya. dan itu tak akan hilang sampai saya menutup mata selamanya, suatu saat kelak...

sekarang saatnya memutar doa dalam sunyi-nya iwan fals.

Tuesday, February 26, 2008

mencari lupa

tapi laki-laki itu
tak sanggup menoleh
padahal keingintahuannya
tentang cinta
yang pernah mematri hatinya
terus memanggil

ia sungguh cuma bisa bertanya
berulang-ulang
cintakah itu?
kenapa cinta begitu?
benarkah
yang tersisa
hanya sebuah muslihat?

ia ingin sebuah perjalanan pulang
sejauh rakit terhanyut arus
menjauh tepian
ia keliru
cinta tak membawanya kemana-mana
ia tak menemukan apa pun
selain air mata
di sepanjang alur sungai

mungkin kini saatnya ia harus berhenti
sebelum bimbang
bingung mencari arah di simpang
ia musti memilih
sekarang
atau tenggelam kembali

Saturday, February 23, 2008

Iwan Fals, Humanisme dan Utusan Tuhan yang Diabaikan

Entah mengapa, setiap kali mendengar lagu-lagu yang dibawakan oleh Iwan Fals, banyak orang sadar sejenak tentang kondisi sosial yang ada di Tanah Air ini. Orang suka, gemar dan gandrung karena lagu-lagunya mudah dicerna dan mengandung pesan-pesan humanis yang dalam. Lagu-lagunya bagaikan kolaborasi antara ayat-ayat Tuhan dan teriakan obyekif kondisi sosial yang ada di Indonesia. Iwan Fals adalah utusan Tuhan untuk rakyat Indonesia.

Orang lain mungkin akan mengernyitkan dahi ketika Iwan Fals dianggap sebagai utusan Tuhan. “Apa dasarnya?!” pertanyaan pertama yang pasti akan terlontar dari lisan banyak orang. Tentu ada alasan untuk klaim itu. Alasan yang berangkat dari renungan subyektIwan Fals dan penghayatan akan lagu-lagu yang pernah dinyanyikan oleh Iwan Fals serta memperhatikan karakter pribadinya. Saya tidak hafal betul pada tahun-tahun berapa setiap lagu yang dinyanyikan oleh Iwan Fals. Bagi saya itu tidak penting, karena substansi pesan yang ada dalam lagu-lagunya itu yang perlu dihafal. Itu sebabnya, sebagian besar lagu-lagu yang pernah dinyanyikan oleh Iwan Fals, begitu melekat di kepala banyak orang. Melalui lagu-lagunya, kesadaran kondisi sosial politik di Tanah Air Indonesia terkonstruksikan di kepala orang Indonesia. Pernah saya katakan kepada seorang kawan bahwa Iwan Fals adalah guru sosiologi terbaik, paling tidak bagi saya.

Dari lagu-lagu yang pernah dinyanyikannya, orang akan mudah menilai bahwa Iwan Fals adalah sosok “pemberontak”. Dia adalah pemberontak terhadap kondisi sosial politik yang sebenarnya tidak terlalu rumit untuk diurai. Setiap nurani yang hidup akan mudah sekali menemukan bahwa “di sini” ada ketidakadilan, penindasan, bahkan kerusakan moral. Hanya saja, ketidakjujuran telah mem-perumit semua itu, hingga orang tidak mampu mengatakannya. Ketidakjujuran itu bahkan tidak jarang dibungkus dengan gaun in-telektualitas yang elit, namun tetap hanyut dalam irama anomali sosial yang ada. Gak usah sekolah tinggi-tinggi, kalau begitu! Untuk apa sekolah tinggi, kalau akhirnya, diam-diam, kita semua mengamini mekanisme sosial yang tidak fair?! Kita serempak terserang amnesia ketika berhadapan dengan nilai-nilai. Makanya, di negeri ini yang menonjol adalah para penjilat, durno, kancil, bandit, karet, bunglon… Jadi? Jangan sekolah tinggi-tinggi! Begitulah kira-kira salah satu pesan “orang murka” yang pernah disampaikan oleh Iwan Fals. Walau bisa jadi, ada orang murka karena tidak kebagian.

Kelebihan lirik lagu-lagu yang pernah dibawakan oleh Iwan Fals adalah tidak bergerak dari ruang hampa. Lirik-liriknya lahir dari hasil potretan kondisi sosial politik di Tanah Air Indonesia dengan kata-kata yang sederhana, telanjang dan jenaka. Hampir seluruh profesi sosial yang dijalani oleh orang Indonesia pernah dipotret secara sederhana tapi dalam oleh Iwan Fals: Iwan Fals menyampaikan potret sosial mereka dengan kata-kata yang mudah dicerna, bahkan oleh nalar awam sekalipun; Iwan Fals mampu melihat sisi manusiawi dari satu profesi yang oleh kebanyakan orang dianggap sampah. Sebagai contoh, profesi pelacur atau yang lebih dikenal sekarang ini dengan Penjaja Seks Komersial (PSK).

Sebagian besar kita hanya mampu melihat para PSK sebagai sampah masyarakat. Tidak jarang, para agamawan pun ikut melakukan stigmatisasi terhadap mereka. Tapi Iwan Fals, dia mampu mengungkapkan bahwa di antara mereka ada perempuan yang berjuang untuk anak-anak yang ayahnya tidak jelas rimbanya. Bahkan Iwan Fals memberikan harapan, bahwa Tuhan tetap akan mendengar doa mereka. Ini bisa dicermati dari lagunya yang berjudul Doa Seorang Wanita Pengobral Dosa. Pandangan humanis seperti ini tidak akan kita temukan dalam diri orang yang tidak memiliki kesadaran sosial dan spiritual yang dalam.

Dalam politik, orang mungkin akan mencemooh Iwan Fals jika sekarang dia menjadi salah satu politisi di Tanah Air. Pandangan-pandangan politik yang ada dalam lagu-lagunya tidak akan dijadikan mars oleh para demonstran jika dia ikut masuk dalam “dunia pesta pora para binatang”. Iwan Fals akan disejajarkan dengan mereka yang senang “bermain lompat karet”. Kenyataannya, seorang Iwan Fals betul-betul menunjukkan karakternya dalam menyikapi kondisi sosial politik berhadapan dengan pamor dirinya. Iwan Fals betul-betul “patah arang” terhadap politik. Bagi Iwan Fals, panggung politik adalah panggung para binatang yang merasa diri sebagai bintang (Asyik gak asyik).
Padahal, jika Iwan Fals mau, dengan wibawa dan popularitasnya, partai manapun akan siap menerimanya sebagai bagian dari elit partai. Bahkan mendirikan partai pun bisa ia lakukan, walau belum tentu jadi partai besar. Dan itu berarti hasrat untuk memperkaya diri akan menemukan jalurnya, sebagaimana banyak dilakukan oleh para belalang (Belalang Tua). Namun, kekuatan karakter yang ada dalam dirinya keras membimbing Iwan Fals agar tidak tergiur ikut berpesta. Di era reformasi (katanya), lagu-lagunya yang terbundel dalam album Manusia Setengah Dewa mempertegas sikap sosial politik dan karakter dirinya sebagai seorang utusan Tuhan.

Hal yang mengagumkan dalam diri Iwan Fals adalah kematangan diri yang sulit kita temukan dalam diri kebanyakan orang. Dia adalah utusan Tuhan yang menerima wahyu non-evaluatIwan Fals untuk disampaikan kepada masyarakat Indonesia, bahkan masyarakat manusia. Walau lirik dalam lagu-lagunya begitu kental dengan pesan-pesan moral (di balik kritik sosial pasti ada pesan moral) yang realistik-eternal, namun kerendahan hati dan ketenangan tampak begitu inheren dalam dirinya akhir-akhir ini. Gaya bicara yang tidak lantang (baca: pongah), menunjukkan bahwa Iwan Fals sadar bahwa dirinya bukan manusia setengah dewa. Dia tidak memiliki pretensi bahwa untuk membenahi kondisi sosial politik di Indonesia cukup dengan bernyanyi. Ini yang membuatnya tidak pernah geer. Namun, pergu-latan batin yang dahsyat berkenaan dengan ketimpangan sosial yang terjadi di Bumi Pertiwi, tetap ia suarakan dengan lantang melalui lagu. Kelantangan itu seolah ia cukupkan terwakili oleh lagu. Sikap diri yang terdapat dalam seorang Iwan Fals, jika harus diberi tanda, maka tanda itu tidak lain adalah konsistensi dan integritas.

Mendengarkan lagu-lagu cinta Iwan Fals, kita akan menangkap bahwa cinta yang dihayati oleh Iwan Fals adalah cinta orang-orang marjinal di negeri ini. Itu bisa kita lihat dalam lagu-lagunya seperti Lonteku, Kembang Pete, Yakinlah (duet bersama Eli Sunarya) dan lain-lain. Itulah cinta yang jujur, dalam dan kere. Saking kere-nya, sang lelaki hanya mampu mempersembahkan kembang pete kepada perempuannya. Keberpihakan Iwan Fals pada rakyat kecil nan marjinal begitu jujur dan mendarahdaging, hingga dalam lagu-lagu cinta pun ia memilih potret cinta-cinta orang pinggiran. Biasanya, dalam lagu, orang akan berbicara tentang cinta yang mengandaikan sudah didukung oleh keserbacukupan materi; cinta yang membuat kebanyakan orang Indonesia menjadi lupa akan kondisi sosialnya; cinta yang cengeng, genit, glamor dan norak. Perhatikan kebanyakan lagu-lagu cinta yang dinyayikan di negeri ini, tidak pernah dewasa.

Seorang kawan pernah menyatakan ketidaksetujuannya terhadap Iwan Fals, karena Iwan Fals pernah mengeritik Tuhan dalam salah satu lagunya, Tolong Dengar Tuhan! Lagu yang ia nyanyikan setelah peristiwa meletusnya gunung Galunggung di Tasikmalaya. Jika disikapi dengan nalar terbuka, lagu itu justru merupakan ekspresi penghayatan tentang alam semesta dan Tuhan yang dialami oleh orang bebas dan berani. Dalam dunia filsafat, penghayatan seperti ini banyak diungkapkan oleh para filsuf. Penghayatan inilah yang menjadi cikal bakal lahirnya teologi atroposentris. Jadi, menghayati isi lagu-lagu Iwan Fals, kita akan menemukan kecenderungan humanisme yang kuat. Humanisme yang dari zaman ke zaman selalu disuarakan oleh para utusan Tuhan. Kini dan di sini, Iwan Fals adalah utusan Tuhan yang diabaikan!

*(Jakarta, 16 Mei 2005, Taufik Damas, Alumnus Akidah Filsafat Universitas al-Azhar Kairo, Mesir, penggemar lagu-lagu Iwan Fals)

Friday, February 22, 2008

buta

tak kukenal lagi aromamu
susut sudah air sungai puisi itu
mata yang kudamba terpejam
tak lagi bisa kupandang
dalam detik yang pudar perlahan

habis sudah waktukku
runtuh bersama malam yang menipu
tiada kau lagi di tepian
dalam alur cinta yang lelah

hari ini
tiada lagi kutahu rasanya merindu...


*pampang borneo, kampung petualang dayak kenyah*

Wednesday, February 13, 2008

bahagia yang terbelah

saya tak pernah sanggup memahami, kenapa akhir-akhir ini, bunyi detik di jam tangan yang kacanya tergores dinding toilet, seakan berubah menjadi dentam palu godam. dekat sekali di telinga, membuat saya selalu tergesa-gesa.

seakan-akan hari ini hanya berlangsung sekian jam, tidak dua puluh empat jam, bahkan dua belas jam pun tidak.

gilanya, saya tak ingat kemana raibnya keindahan ulang tahun, bersama gelak tawa yang dulu selalu terngiang. momen terindah dibanding peristiwa-peristiwa menyenangkan lain yang pernah saya tapaki.

seandainya saya tak pernah mengirim pesan itu.

ah, cuma jam sinting yang mampu mengubah matahari bergerak mundur. saya memang menyesal, karena saya mendapat predikat jahat. tapi saya gelisah, sebab sejujurnya, saya tak pernah berniat untuk bertindak jahat. adakah sebuah cinta yang jahat?

buat sebagian orang, menyalahkan mungkin lebih mudah. tapi menerima untuk disalahkan, saya percaya, sungguh bukan pekerjaan ringan. hari ini, saya hanya mencoba menghela napas panjang. mencoba diam, di tengah deru detik yang seakan mengejar dan menyalip langkah saya yang setengah berlari.

saya tak pernah mampu tenang, setiap kali wajahnya terkenang, bersama kota yang selalu terasa muram di setiap jatuh malam...

Tuesday, January 15, 2008

aku tahu kau tak cinta

telah kuukur cintaku
sejauh yang kumampu
tapi tak kunjung
kutemukan dirimu

aku jadi berpikir
kau, aku, cinta
ibarat batu ukir
hanya sebongkah fatamorgana

lalu kau biarkan aku jatuh
lalu kau diamkan aku runtuh
bersama hati yang tak lagi utuh
patah setelah kau pindah berlabuh...