Friday, September 18, 2009

delapan belas sembilan

senja gugur daun di prambanan
melenyapkan pagi
menerbangkan rindu
pada sisa waktu
menjelang dini hari
kan ku ingat
warna biru di langit
dan gemerisik ranting kering
menyisakan harum tubuhmu
dalam lenguhan angin
mengantarku gelisah di peraduan
lalu hari merambat
kita kian tak peduli
pada sepanjang detik
getar itu selalu menyebut namamu
bersama setumpuk bahagia
seiring usiamu meniti masa
dari tigapuluh menjadi tigasatu
di sini
aku tak pernah berubah
cinta yang menyatu masih sama
persis ketika matamu
menyapaku pertama kali
persis saat keningmu
kukecup di sela penat itu
di sini
di sela gugur daun senja
dalam dingin september
aku tetap milikmu
sepanjang yang kita impikan
dalam lelap malam yang jauh