Wednesday, August 31, 2005

intro

dalam gelap kuberjalan
membelah belantara akal
sendiri
sendiri
selalu sendiri

pada terang kumerenung
mencari kesejatian
mencari
mencari
selalu mencari

pada ruang
pada waktu
aku ingin datang

pada ruang
pada waktu
aku ingin datang

gitar kayu kumainkan
suaranya lahirkan tanya
bertanya
bertanya
selalu bertanya

*dewa dari leuwinanggung

"so long not goodnight"

Long ago
Just like the hearse, you died to get in again
We are so far from you

Burning on, just like a match you strike to incinerate
The lives of everyone you know
And what’s the worst you take (worst you take)
From every heart you break (heart you break)
And like a blade you stain (blade you stain)
Well, I've been holding on tonight

What’s the worst that I could say?
Things are better if I stay
So long and goodnight
So long not goodnight

Came a time
When every stars fall
Brought you to tears again
We are the very hurt you sold
And what’s the worst you take (worst you take)
From every heart you break (heart you break)
And like a blade you stain (blade you stain)
Well, I've been holding on tonight

What’s the worst thing I could say?
Things are better if I stay
So long and goodnight
So long not goodnight

Well, if you carry on this way
Things are better if I stay
So long and goodnight
So long not goodnight

Can you hear me
Are you near me
Can we pretend
To leave and then
We’ll meet again, when both our cars collide

What’s the worst thing I could say?
Things are better if I stay
So long and goodnight
So long not goodnight

well, if you carry out this way
things are better if i stay
so long and goodnight
so long not goodnight

Monday, August 29, 2005

fatamorgana

udara kedap
senyap
dalam barisan hujan
dingin
menusuk tulang

dan aku telanjang
pada segumpal asa yang koyak
tak sejumput pun
menduga
ini sebuah kepalsuan

Friday, August 26, 2005

kepada putri rampen (41)

pak lili belum balik dari puncak, mengantar istrinya. dan aku sendirian. firman ikut wendi dan tim potret. hp pak lili mati. aku ingin kembali ke hotel, tapi malam ini aku benar-benar tak keruan.

malam, aku ingin bertanya padamu. apa yang kau rasakan ketika dibohongi? begitu halus, juga rapi. kita larut pada sebuah drama, yang mengharubirukan. tapi dusta selalu menyisakan celah. mungkin Tuhan tak akan pernah rela. itulah sebabnya aroma kebohongan itu terkuak. menyisakan sesak di dada, nyeri yang menjalar di setiap pembuluh darah.

aku benar-benar limbung malam ini... seperti jatuh ke liang jurang, melayang di antara tebing dan akar pepohonan. dan seperti yang selalu saja terjadi, aku pun teringat masa kecil... ketika berlarian di tanah lapang, tergelak di antara riang kawan-kawan yang selalu berkata benar... betapa indah masa kanak-kanak, tak ada yang ditutupi, tak ada sandiwara yang membuat perih...

pak lili ke mana ya... sepi sekali di sini... senyap dan hampa...

dingin senja

di senja ini aku adalah lelaki yang merindukan gerimis
menyapu penat
juga setiap inci kelelahan yang bersarang

senja selalu menyisakan bayangan
sisa-sisa kepedihan
dari jejak yang tertinggal

dingin tak tercatat pada termometer, kata goenawan mohamad
dan aku didekap kesunyian
dipeluk mimpi dan rindu panjang

Tuhan, kenapa hidup bisa bersedih?

kamuflase

apa arti sebuah pertemanan?
di hari ini aku memahaminya sebagai sebuah keegoisan
kita tak tahu sebatas mana makna solidaritas
kita tak paham sebatas mana hati yang masih punya nurani
kita tahunya
yang penting tak terganggu
dan bisa senang-senang sesukanya

di simpang lampu merah

di simpang lampu merah itu
seorang bocah, mungkin lima tahunan, menggendong adiknya
menggunakan kain
dia memeluk seperti seorang ibu pada bayinya

angin berembus bercampur asap knalpot
perempatan kota yang congkak
orang-orang mendongakan kepala

di langit tak ada matahari
yang tersisa hanya hening
termangu pada tanda tanya...
sendiri saja

Sunday, August 21, 2005

anya, pada sebuah batas

pesan singkat itu membuat aku sejenak menahan napas. isinya singkat: anya sudah meninggal 16 Agustus lalu, karena mengalami penggumpalan darah.

udara sunyi seketika. aku tak tahu harus mengucapkan apa, tak tahu pula harus bagaimana. tak sedang bercandakah orang mengabarkan berita muram itu, yang mengaku tantenya anya? kucoba telepon, diangkat, tapi tanpa suara. hanya suara orang memimpin doa dalam sebuah gedung. mungkin seorang pendeta. aku tak bisa memastikan. lalu telepon kumatikan. kemudian datang pesan singkat lagi: sekarang abu jenazah anya sedang didoakan.

Ya Tuhan. anya. nama lengkapnya natasha anya, tapi aku memanggilnya anak kecil. kematian selalu datang tak terduga. lima tahun aku sudah mengenal anya, ketika umurnya masih sekitar 19an tahun. anya tinggal di Solo. perkenalannya lewat mIRC, ketika proses pembuatan liputan6.com dimulai. kalau boleh dibilang, anyalah perempuan pertama dari dunia maya yang rajin menelpon. cerewet. selalu bertanya, sampai sering kubentak karena bawel. dia tak cuma akrab denganku, tapi juga teman-teman sekantor dulu yang chatting bareng. seperti pino atau wawan, juga adit. dan semuanya ditelepon. hampir tiap hari. giliran. dan selalu lama kalau menelpon. sampai-sampai, kita jadi malas mengangkatnya, karena kuping jadi panas. lalu pertemanan itu mengalir begitu saja. menjadi sebuah hal yang biasa. menjadi teman, dan dia lebih sering curhat tentang pacar-pacarnya yang sering merepotkan dan menyakitkan. biasanya aku tak memberi nasihat, hanya memarahi anak kecil sebaiknya tak usah pacaran. bikin pusing. dan dia tergelak, tertawa dengan logat jawa solonya yang kental.

anya. anaknya lucu, pintar, dan senang sekali dengan perangkat teknologi seperti handphone atau komputer. awal-awal kenal dia memang sering menelpon. tapi lambat laun, kontak itu berkurang dengan sendirinya, sampai akhirnya hanya sebatas chatting di yahoo atau sekadar membaca blognya yang luar biasa bagus, si anak kecil

hingga akhirnya kabar duka itu datang. seperti mengail lembar demi lembar ketika aku dan anya berkenalan. ada derai tawanya yang terngiang begitu saja. kami tak pernah berjumpa. selama lima tahun itu, hanya lewat dunia maya atau telepon.

anya, kenapa kamu tak pernah cerita sakit yang begitu parah? kamu selalu tertawa dan riang? kenapa tidak berbagi soal satu itu? aku sedih sekali hari ini. baru kemarin rasanya kita kenal, engkau masih terlalu belia untuk pulang selamanya.

kalimat terakhir lewat komen di blog ini dan smsmu masih aku ingat. mas, siapakah putri rampen itu? lalu aku jawab, dia bidadari aku. kenapa? lalu engkau menjawab lagi anya, "nggak, cuma mo tau aja perempuan yang dipuja mas gilank itu". lalu aku jawab lagi, anaknya baik. dan anya diam. tak biasanya dia memberi respon yang tanpa ledekan.

ah anya, aku tak tahu harus berkata apalagi. meski kita tak pernah bersua, terlalu banyak kenangan yang sempat mengisi hari-hariku. selamat jalan anak kecil. maafkan segala kesalan aku... semoga Tuhan menerima hati dan jasadmu di tempat terindah... amin.

kepada putri rampen (40)

malam tergerus sunyi. dingin menyelimuti. angin basah dan lampu kota berpendar muram. dalam langkah pulang aku merindumu sendirian. pada setiap tarikan napas, denyut nadi, juga jantung yang berdetak. selalu begitu, tak pernah selesai.

lihatlah perempuanku, Tuhan ada di sini. menemani riak hidup yang bergelombang. biarkan lelap mengendap, kan kugenggam jemarimu erat. melupakan kesedihan dan kegelisahan. tersenyum menyambut pagi, membawa harapan ke gerbang malam. ditemani jutaan bintang. mungkin sedikit remang cahaya bulan.

kita larut, bersama cinta yang tak tergantikan. sedikit pun aku tak akan pernah bisa membiarkanmu lelah dalam kehampaan... mari ikuti langkahku menjemput keabadian yang menjadi mimpi... berdua saja. menciptakan keindahan-keindahan.... tegar dan tak terlena dalam tangis dan tawa... i love you tha...

aku, lelakimu yang mengusung bulan kerinduan...

Saturday, August 20, 2005

kepada putri rampen (39)

sepasang kupu-kupu menari di taman
berkuntum-kuntum bunga
mekar di indahnya senja

sepasang kupu-kupu mengepak di taman
mengitari hari berdua
saling menjaga
berbagi mengisap madu

sepasang kupu-kupu menampik sedih di taman
di sela rinai hujan yang datang
tetap terbang dengan riang
hari esok adalah madu yang tak disia-siakan

sepasang kupu-kupu membawa kabar dari kejauhan
bisik rindumu yang kunantikan
membasuh pagi dan menyapa malam
melumatkan penat dan dingin panjang

sepasang kupu-kupu di malam berbulan
adakah keindahan musti dibiarkan?
ikhlaskan kami seperti kupu-kupu yang riang
di antara pucuk-pucuk daun dan kelopak bunga
menggapai setiap janji yang tak pernah selesai mencinta...

kepada putri rampen (38)

tapi tak ada kicau burung di rumahku, tha
hanya ada lukisan tua di dinding lapuk yang tergerus usia
halaman tanpa taman
bayangan pinus yang tegak sendirian
rerumput pun tak ada
embun tak bisa menetes

tapi kisah kita cuma butuh keberanian, katamu

kupanah pandang ke tepi langit
pelangi menari warna-warni
keraguan yang mengendap tersapu angin sore
senyap yang merayap (seperti museum tua yang ditinggalkan)
memudar perlahan
kecipak ikan di danau mengisi relung
aku melayang di pendar arak awan
menyanyikan tembang riang

di senja ini aku adalah lelaki yang bahagia
meski tak ada kicau burung di rumahku
hidup adalah kontras yang tak terelakkan
dan kau menjadi penyeimbang, tha

Friday, August 19, 2005

kepada putri rampen (37)

sempat semua seketika kedap
tuli mengurung
luka yang menganga
tak terduga
seperti tak menginjak tanah
melayang bagai kapas
meretas perih di pucuk malam

tak tahu apa
tak tahu bagaimana
tak tahu kenapa
tak tahu di mana

tanda tanya
tanpa koma
titik sudah di depan mata
barangkali
sunyi menyerbu menyergap

pada sebuah hening
aroma tanah basah
hati yang tercacah
luka
tergetar sendirian

dan perjalanan kini hampir sampai
jangan biarkan sedetik pun aku kesunyian
aku tak akan pernah tahan
tak akan pernah tahan, perempuanku...

kepada putri rampen (36)

tha yang baik...
dari kemarin bawaannya seneng aja nih! setelah ngobrol-ngobrol sama kamu kemarin, perasaan enteng aja gitu lho. kayak ga ada beban. padahal kalo dipikir-pikir, beban liputan buat besok masih lumayan berat juga. soalnya bakal ketemu anak-anak smu lagi. waduh, mudah-mudahan gak ketemu anak smu cewek kemarin yang galak itu lagi. hiy! jangan sampe deh.

tau ga beb?
tanpa sengaja gitu nih ya, dalam gerak dan lamunan gitu deh, aku ngelantunin lagu yang pernah kamu nyanyiin ditelpon dulu itu lho. nah! iya itu lagunya! dari pulang kerja semalem, pas di trotoar, di bus malam yang sepi, di pintu depan rumah, sampe kamar, pas mo tidur, aduhhhhhhh! nyanyi-nyanyi kecil terus! jatuh cinta dengan orang yang tepat tuh asik ya... (kesian deh yang baru ngerasain jatuh cinta yang asik... hehehe).

you’re just too good to be true
can’t take my eyes off of you
you’d be like heaven to touch
i wanna hold you so much
at long last love has arrived
and I thank God i’m alive
you’re just too good to be true
can’t take my eyes off of you

pardon the way that i stare
there’s nothing else to compare
the sight of you leaves me weak
there are no words left to speak
but if you feel like i feel
please let me know that it’s real
you’re just too good to be true
can’t take my eyes off of you

teret teret teret teret!teret teret teret teret!teret teret teret teretttttttttttttttttt!

i love you baby, and if it’s quite all right
i need you baby to warm a lonely night
i love you baby... trust in me when i say ok...
oh pretty baby, don’t let me down i pray
oh pretty baby, now that i found you stay
and let me love you, oh baby let me love you, oh baby....

teret teret teret teret!teret teret teret teret!teret teret teret teretttttttttttttttttt!

beb, tau apa yang membuat kita merasa nyaman jatuh cinta? karena kita dibiarkan mencintai dan dicintai dengan tetap menjadi diri sendiri...

dah deh. sekarang kerja dulu. topik liputannya agak-agak melebar nih. soal eksibisionis lewat hp dan dunia maya. orang-orang yang senang memamerkan tubuhnya pada orang lain... menarik... tapi sulit. mudah-mudahan lancar aja. duh, lupa ngontak tika bisono sama pak sarlito... minta sama wawan ketua deh nomornya.

bye bye tha... hati-hati ya jalan-jalannya dan perjalanannya ke kalimantan. jaga diri baik-baik. sampe kalimantan langsung sms ya... kangen juga denger suara kamu. yuhuuuu! 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, ,9 yez! mwah mwah mwah! love u tha!

aku, bukan binatang jalang yang ingin hidup bersamamu lebih dari seribu tahun lagi (om chairil anwar, maap ya puisinya diplesetin).

Thursday, August 18, 2005

kepada putri rampen (35)

I'm so in love with this women and a million other things as well... There are far too many reasons, but one thing I have found some one like u i want thx to God...

Wednesday, August 17, 2005

kepada putri rampen (34)

di tepi trotoar jalan depan kantor, babeh dan mamang melamun. di atas bangku kayu dekat gerobak dagangan rokok dan minuman, mata mereka kosong melihat lalu lintas padat merayap. jakarta selalu sesak selepas senja sampai sekitar pukul delapan malam. pekerja-pekerja pulang ke rumah, menjumpai keluarga atau bisa juga selingkuhan. rutinitas yang entah kapan akan selesai.

di tepi trotoar jalan babeh dan mamang melamun, di sela debu dan asap knalpot, juga raungan sepeda motor serta klakson mobil yang congkak. dulu, mereka tak memakai gerobak, tapi sebuah warung permanen yang ditanam dekat jembatan penyebrangan. aku dan kawan-kawan sering sekali duduk-duduk di situ. kadang sampai ketiduran. diiringi tembang dangdut atau instrumen sunda kegemaran si mamang.

lalu tiba-tiba semua berubah. aparat pemerintah kota datang. warung diangkut ke dalam truk, meski setiap bulan sudah bayar uang suap jatah keamanan berjualan. aparat-aparat sialan, kenapa kalian bisa hidup tanpa hati? jakarta yang indah selalu menjadi dalih untuk menyingkirkan pedagang kali lima. toh jakarta tak juga indah? kenapa uang jatah keamanan diterima? kenapa sewaktu mendirikan warung itu ada biaya Rp 300 ribu di keluarahan? aparat-aparat sialan, aku ingin tahu, terbuat dari apakah hati kalian? dari batu gunung ya?

babeh dan mamang masih melamun. dulu, setiap hujan, mereka tak kebingungan, karena bisa berteduh di warung permanen. sekarang tidak bisa. gerobak tak punya atap. saat air dari langit datang, mereka harus menyempil di sela daun-daun atau di bawah jembatan penyebrangan. mendekap dada menahan angin dingin yang basah. hidup begitu cepat berubah dan mereka tak pernah lelah bertahan. kenyamanan warung hilang, dan format berdagang pun diubah. tujuannya sama: istri dan anak musti diberi makan. betapa keras, betapa mengesankan...

sampai kemarin malam, ketika pulang dan sejenak duduk-duduk berbincang sambil minum teh botol babeh dan mamang, aku masih berandai warung permanen mereka tak dirampas aparat. pasti babeh dan mamang tak perlu kelelahan di tepi jalan, karena bisa rebahan di warung. babeh dan mamang tak semakin gelap kulitnya, karena saat panas datang bisa berteduh dalam warung. babeh rambutnya beruban, umurnya di atas 55 tahun. mamang lebih muda 10 tahun. orang-orang tua yang tak pernah lelah menjalani nasib. begitu kontras dengan gelak tawa mereka-mereka yang nyaman di mobil mewah yang dingin, yang mungkin saja hasil menipu atau korupsi--meski ada juga yang hasil jerih payah sendiri.

aku tak ingin apa-apa hari ini. aku hanya ingin merasakan kelelahan batin orang-orang yang keras bertahan... ada kesabaran yang panjang, juga perjuangan yang tak kenal kelelahan. sambil membayar teh borol dan berlalu menghampiri bus sesak yang datang, aku bergumam dalam batin: di usia 60 tahun negeri ini, kita tak pernah tahu kapan selesainya berjuang menjalani hidup yang tak pernah adil dan tak terduga cobaannya...

sebab persoalan... bagai gelombang
tenanglah tenang, tenanglah sayang...

tenang... tenanglah sayang
semuanya sudah suratan

tenang... tenang seperti karang
bintang-bintang jadikan hiasan...

dan aku turun di halte rudi, yang bernasib tak jauh beda dengan babeh dan mamang. aku tak banyak bicara. setelah mengambil majalah langganan, aku pulang. rudi melambai saat aku sudah berdiri dalam bus yang melaju malas. istrinya tersenyum di bangku halte. hidup tak pernah selesai bertahan... tak pernah selesai bersabar... kita belum merdeka... selamat berjuang sobat dan kawan... aku tidur sebentar, semoga bermimpi bertemu perempuanku yang selalu membuat nyaman...

Monday, August 15, 2005

kepada putri rampen (33)

bayangkanlah danau di senja hari. di atas sampan bambu rakit, berdua kita mengayuh dayung, mengitari luas cinta yang dikelilingi bukit hijau. dalam sunyi kita menghampiri malam, di sela kicau nuri dan kecipak ikan. bayang pelangi memudar, merayap gelap datang, tapi kita tak pernah kesepian. danau ini terlalu indah untuk ditakuti dan tak diarungi...

sampan kita adalah sampan cinta. sampan sederhana dari bilah-bilah bambu rindu yang diikat sabut kelapa. di atasnya kita duduk berpegangan tangan. menghirup aroma anggrek hutan dan daun pinus. menjemput bulan dalam malam bertabur bintang. kita berpelukan di bawah biru langit, di hamparan danau cinta dan kasih yang tenang. perjalanan ini mungkin melelahkan, tapi di atas sampan bambu sederhana, kita tak boleh gentar, karena cinta abadi tak kenal rasa dan kata takut...

kepada putri rampen (32)

dalam diam kita sering terjebak pada angan-angan
selalu pada kesunyian kita kerap terkurung mimpi
menjadi ini atau itu
berharap itu atau ini
hidup seperti menanti bintang jatuh ke pelukan
lupa bahwa kaki ini masih di tanah
menapak di jalan penuh kerakal
menginjak hamparan deduri tajam

kita sering tak paham dan menyadari
mimpi, juga harapan, adalah lautan bayang-bayang
kita terlena tanpa pernah sedikit pun berupaya
jangankan mengejar, berusaha mendekatinya pun tidak
kita lebih senang berkhayal ketimbang berbuat sesuatu
berenang di tempat
sedangkan samudera mimpi begitu luas terbentang

aku tak ingin begitu bersama perempuanku...

Sunday, August 14, 2005

kepada putri rampen (31)

lalu aku membayangi air matamu menetes di sunyi malam. jatuh perlahan membasahi pipi. hatimu terkoyak, batinmu terluka, dan aku merasakan hal serupa saat mencoba menyelami. kekasihku yang baik, ke mari sebentar, menangis di pundakku agar bisa kupeluk erat. hidup barangkali seperti papan catur. hitam dan putih tak bisa kita hindari. selalu ada suka dan duka, tawa atau tangisan. begitulah warna-warni kehidupan. dan ketika kita harus menangis, ingin kubisikkan padamu sebaris kata: sabar dan tenanglah, karena engkau tak sendirian. ada aku, bersama cinta yang ingin kuabadikan... love u tha..

aku, lelaki yang memetik bintang agar malammu tak lagi sunyi...

kepada putri rampen (30)

ketika biru langit perlahan memudar dan mendung merayap datang, aku adalah lelaki yang tak lagi takut pada gelap. lalu saat gelombang laut bergulung keras menghantam karang, aku telah menjelma menjadi lelaki yang tak lagi gentar merenangi waktu. rindu dan sayangku tumbuh mematahkan sunyi dan kemuraman. bersama warna-warni pelangi di kaki langit, lewat angin basah senja ini, kutiupkan cinta dari hati yang tak ingin mengenal dusta...

kepada putri rampen (29)

where are you tha... i really miss you.... :(

Thursday, August 11, 2005

kepada putri rampen (28)

kulukis malam ini dengan tinta kerinduan
di sela kerlip gemintang yang berpendaran
langitku adalah langit bahagia
yang tak pernah lagi menjelma menjadi pekat

bersama bulan yang tak henti tersenyum
angin dingin tak lagi membuatku takut
pada mata yang terpejam
kupeluk dirimu dari kejauhan
disaksikan phosporus yang datang
diintip hesperus yang perlahan pulang

wahai angin yang tak gelisah dan tenang
tolong terbangkan rengkuhanku untuknya
sampaikan pula aku tak sabar menanti senja januari tiba
jarak dan waktu yang terbentang terlalu indah untuk dicemaskan

Wednesday, August 10, 2005

kepada putri rampen (27)

senja mengendap perlahan di langit blitar. kota ini sebetulnya seperti kebanyakan kota-kota kecil lain di tanah jawa: jalanan lengang, sawah menghijau, lebat hutan jati di kiri kanan jalan, dan anak-anak kecil berlarian telanjang dada di tanah lapang. andai makam bung karno tak di blitar, sulit menemukan keistimewaan blitar selain hobi warganya memelihara ikan koi.

dan di senja itu, ketika dalam perjalanan kembali ke surabaya, kulihat matahari tertatih mencium tepi langit. lima sampai tujuh perempuan petani kedelai yang bercaping (topi khas petani yang terbuat dari anyaman bambu, seperti pendekar cina), berjalan beriringan di tengah sawah. di pundak mereka cangkul dan bakul terpanggul. gelak tawa yang terlihat dari balik kaca mobil mengusik lamunanku tentang derap desa yang lamban. rupanya kota membentukku menjadi tak sabaran menyaksikan kehidupan desa yang terasa pelan. tapi keriaan petani-petani sederhana itu membuatku iri. alangkah indah bersenda gurau di tengah padi menguning, di bawah jingga langit yang memayung teduh. petani-petani, sampai jumpa lagi nanti...

dan tiga jam kemudian, setelah melewati beberapa kali macet di jalan, terutama ketika masuk kota malang, juga take untuk on screen di tengah hutan jati yang kering, aku pun tiba di surabaya. tiga jam termasuk cepat, karena perjalanan biasa bisa memakan waktu empat jam. jenggo--nama aslinya erwin, tapi jalanan melahirkannya dengan sebutan itu--driver yang kusewa, mungkin bukan pembalap. tapi lama di timur jawa membuatnya hapal lika-liku lintas jalan. menyalip dari kiri atau kanan truk dan bus besar, jenggo menginjak pedal gas seperti kesetanan. untung saja kami sampai di surabaya dengan selamat. syukurlah...

aku sampai di hotel sekitar pukul tujuh malam. setelah membereskan peralatan kerja dan barang bawaan ke kamar, aku, kameramen, dan jenggo keluar mencari makan. lapar juga ternyata, tapi aku tak perlu menambah. sepiring saja cukuplah. lumayan enak soto ayamnya, meski agak terlalu kental dan krupuk putihnya alot. sambelnya juga kurang pedas.

sehabis makan, kameramenku mengajak melihat-lihat ikan hias. wah, kameramenku memang seorang bapak-bapak tulen. hobinya sangat orang tua sekali. memelihara binatang atau mengumpulkan souvenir unik. sebetulnya aku lelah, tapi tak turut serta kurang enak juga. bayangkanlah jalan sepanjang 300 meter. di sepanjang jalan itulah penjaja ikan hias berjajar. bagus-bagus sih. aku jadi teringat masa kecil. masa ketika aku senang memelihara ikan dan mencari cacing di sungai anak ciliwung yang kotor. di tempat ikan hais itu, seetlah sebentar melihat-lihat, aku dan jenggo akhirnya duduk di warung yang dijaga pak tua yang tak henti menembang lagu jawa. minum teh botol dingin, dan membiarkan kameramenku jalan melihat-lihat ikan laut dan tawar. ada juga monyet dan anjing, kelinci dan kucing impor.

sekarang jam sebelas malam, jam ketika aku mulai mengetik surat ini untukmu. mereka tak ikut, langsung ke hotel. aku minta diturunkan di warnet. aku tak sabar ingin membaca email-emailmu. aku rindu sekali. di blitar tak ada warnet. mengelilingi sepanjang jalan di blitar, yang kutemukan selalu toko buah dan ikan koi.

dan benar saja, ada empat emailmu yang datang. betapa senangnya. satu per satu kubaca, dengan gerak mata yang tak sabar dari balik kaca mata yang sedikit berdebu. degup jantung terasa riang. aku bahagia sekali, kerinduan ini seperti terbasuh begitu saja ketika kurenangi kata demi kata yang kau tuliskan... aku senang sekali membaca kalimatmu ini: and i must say thanks to god cos heaven hear's my pray... the love we have is more than miracle every day of my life. you're more than miracle for me... kurasa, engkau pandai kok berdoa... :) terima kasih sayang ya. i miss u too tha... buatku, engkau juga lebih dari sebuah keajaiban... percaya ya tha...

well, aku turut sedih dengan kabar putusnya ghea. betapa menyakitkan. kubayangkan suasana hati yang terekam. pasti perih ya? berpisah dalam jarak yang jauh mungkin lebih sakit, karena protes dan kekesalan tak tersalurkan terarah. mudah-mudahan juniormu bisa lebih bersabar. hidup memang kadang seperti melangkah dalam bentangan jalan yang penuh lubang. tak perlu terkejut ketika suatu saat kita terjatuh. percayalah, tak seluruhnya jalan di depan rompal dan penuh batu kerakal. anggap saja Tuhan belum memberikan juniormu kekasih yang terbaik. mungkin kalau diteruskan malah membuat keadaan semakin tidak baik. sedih boleh-boleh saja, tapi larut lalu membuat kita terus menangis hanya membuat mata sembab. masih ada yang lebih baik ketimbang kekasihnya yang di bali itu...

tha yang baik...
dari cerita itu, telah kuresapi ketakutanmu, dan tanpa menganggap enteng luka hati juniormu itu, aku cuma ingin bilang begini padamu: jangan pernah ragu pada cinta dan sayangku dari kejauhan ini. singkirkan segala macam pikian yang membuat batinmu tak tenang, yang sekarang mungkin masih bersarang di hati kecilmu. kadang aku pun merasakan itu, ragu padamu dan pesimis pada kisah yang sedang kita jalani. tapi hidup untuk takut dan menjadi pengecut buat apa? biasanya, kalau sudah begitu, aku buru-buru membalik keadaan dengan memupuk kepercayaan padamu. sama sepertiku, mungkin engkau bukan manusia sempurna, tapi aku percaya sekali, hati kecilmu baik dan mulia. orang baik tak akan pernah tega berkhianat atau menyakiti orang yang mencintainya... dan orang bijak pasti taat membayar pajak. lho? ga nyambung ya? hehehe... nggak ding. serius, serius. aku sayang padamu tha... aku masih terus menunggu senja di januari basah itu menjadi hari indah yang kita rindukan...

aku tak sedang menggombal tha. barangkali kata demi kata yang kutuliskan terkesan berlebihan. tapi cinta memang selalu membuat kita menjadi tak biasa. percayalah, kata demi kata yang kutuliskan bukanlah omong kosong lelaki iseng yang kesepian. aku tak menganggap internet dengan perangkatnya seperti chat atau friendster sebagai wadah liar imajinasi. aku tak terlalu kaget bahwa ada orang yang menganggap dunia maya adalah dunia permainan yang sangat mungkin membuat orang bersikap omong kosong. masa-masaku seperti itu sudah lewat. internet bukanlah tempat bermain buatku. cobalah berpikir sederhana: kita jauh dan email atau chat adalah media yang cukup efektif bertukar kabar. bahwa muncul kecemasan ada dusta yang tak terungkap, nah, di sinilah kejujuran dan kesetiaan diuji. semua terpulang pada niat dan hati kecil.

tha yang baik...
kita jelas bukan malaikat, tapi tanyalah dalam hati, sebetulnya apa yang kita cari dari hubungan ini? kebahagiaan atau sekadar iseng semata? bila kebahagiaan yang diimpikan, bersikaplah total untuk bersikap jujur dan setia dalam jarak dan waktu yang jauh sekalipun. tapi kalau cuma mau iseng-iseng, bermain-mainlah sampai lelah datang sendiri. setiap kebohongan, sandiwara, atau kepura-puraan akan selalu terkuak dengan sendirinya. andai aku dan engkau ada yang berkhianat diam-diam, Tuhan tak akan tinggal diam membiarkan salah satunya terluka. pasti kita akan pisah dengan sendirinya, karena Dia tak akan tega membiarkan yang tulus menjalani cinta yang sia-sia... lalu di mana aku berada? tanpa ragu aku akan berkata: kebahagiaanlah yang kucari dan aku tak sedang bermain-main denganmu. penat kerjaku tak membuat aku menjadi bodoh lalu menganggap dirimu tak ada tha... aku sayang kamu dan ingin terus mencintaimu...

lalu ketika takdir menyatukan kita lewat perantara teknologi semacam ini, logiskah disebut sebuah khayalan semata? kekasih imajiner? bebas-bebas saja orang berpandangan, tapi barangkali--aku bisa saja keliru--mereka pernah trauma pada kekejaman dunia maya yang telah memorak-morandakan hati kecil. aku tak tersinggung dengan pandangan semacam itu. biar sajalah. suka-suka. mereka tak pernah paham bisikan hati kecil kita, yang menginginkan cinta ini jalan dengan langkah sederhana dan baik-baik saja...

tha perempuanku yang cantik...
aku tak memungkiri hubungan jarak jauh mungkin membuat kita kerap dihantui rasa takut. selalu ada perasaan cemas bahwa diam-diam pasangan kita menyimpan dusta dan keliaran yang disembunyikan. itu sangat mungkin terjadi, tapi jangan kau bayangkan aku begitu. barangkali aku bukan orang sempurna, tapi tolong hayati kalimatku ini: aku memang bukan orang yang sempurna, tapi aku terus berupaya menjalani cinta ini dengan cara-cara yang mendekati kesempurnaan. aku percaya, niat baikku akan melarangku untuk berbuat bodoh: mendustaimu dari kejauhan, atau diam-diam misalnya berselingkuh. ah, selingkuh atau apalah namanya pokoknya bermain perempuan itu butuh biaya. nakal itu perlu modal. aku ini apalah... hidupku terlalu serius untuk hal-hal yang membuang-buang waktu seperti itu... sudahlah, tak perlu kujelaskan betapa aku sangat ingin terus menerus bersama cinta yang tengah kita bangun ini. kebanyakan kata-kata kadangkala hanya melahirkan pandangan aku sedang membual. aku cuma bisa mencinta dan setia, selebihnya hanyalah rindu yang tumbuh setiap hari. adakah kesetiaanku bakal abadi? aku bertekad untuk itu, menjadi orang terakhir yang memelukmu dalam dekapan hangat sayang yang kurawat sejak tanggal delapan juli dan hitungan kesembilan yang ada "ha? ha? ha?"-nya itu... so, jangan sedih lagi ya tha sayang... eits, nah senyum gitu kan manis. bikin kamu jadi semangat menjalani hari yang penuh dengan buku-buku tebal itu...

hei, kok bisa ketiduran sih? hahaha... kamu kecape'an ya? mikirin apa memangnya sampai malam nggak bisa tidur? jadi ngantuk deh pas mata kuliah orthopedi? atau kamu kelelahan setelah bermain ke town seharian? tapi sudahlah, itung-itung menambah pengetahuan ketika kau disuruh baca paper tiga bab itu. hahaha. lucu sekali sih kamu. nggak terlalu sering kan? jangan ya, jangan seperti aku. tau gak, dulu, setiap kelas aku sering tidur sampai-sampai dosennya bosen bangunin aku yang pulas di meja. malah pernah aku tidur dibiarin sampai kelas sepi. hahaha. kurang ajar. betapa lucunya masa-masa kuliah itu. aku sering ketiduran begitu karena kecape'an beb. habis meliput lalu kuliah, habis meliput pasti kuliah. aku masih di koran media indonesia saat itu. jadinya ya begitu sampe kampus tidur... sering banget aku dateng ke kampus nggak masuk kelas, malah ke masjid kecil kampus untuk tidur. hahaha. teman-temanku pasti sudah paham, kalau aku ke masjid, bukan salat malah tidur. hehehe... udah bagus bisa selesai. bangga juga sih, karena banyak kawan-kawanku yang nggak kerja sambil kuliah, selesai kuliahnya malah lebih dulu aku. :)

lalu bagaimana papermu yang baru disusun itu? duh paper terus ya. nggak ada bosen-bosennya deh tuh dosen. jangan-jangan mereka balas dendam karena pas kuliah sering dikasih tugas begitu juga. hehehe... jaga diri kamu baik-baik ya. tetep jangan nakal ya. biarin aja aku dibilang bawel. sayang tapi terlalu cuek juga ga bagus buat metabolisme cinta kita. hehehe. ;) jangan sakit dan sedih lagi ya. kamu ga boleh mikir macem-macem. besok rencananya kita bertiga akan ke main ke kantor biro sctv di surabaya. silaturahmi gitulah, sekalian liat-liat peralatan untuk siaran sctv jawa timur. ada juga sih rencana beli oleh-oleh buat rumah. tapi apa ya beb? di sini makanan yang menarik kerupuk usus itu. di daerah genting namanya. nantilah cari-cari. aku udah beli sih tiga potong pakaian buat tiga keponakan. binyo, angga, dan anggi. gambar bung karno. hahaha. lucu juga anak kecil pake baju bung karno. gak apa-apa. biar mereka tahu bahwa mereka pernah punya presiden hebat yang ditakuti amerika meski playboy abis. tetap semangat ya beb... aku tetap nunggu kamu di januari nanti... dan akan kubawa kamu jalan sebentar naik bajaj yang bikin badan kamu bergetar saat turun. :) aku pamit dulu ya tha yang baik. sudah larut, sekitar jam satu dini hari. takut kameramennya udah pulas dan pintu ga dibukain dari dalam. masa aku tidur di halte? kan ga boleh sama kamu yang bawel itu. :) kita akan chat lagi sesampai aku di jakarta ya, jumat siang dari surabaya. nanti kamu kabari aku kapan bisa online-nya. aku selalu bawa foto-fotomu. dan sudah kuprint yang terbaru. yang di kamar itu dan yang rambutnya keriting depannya itu. cantik ya kamu tuh... tadi sewaktu di jalan ke surabaya, aku sempat liatin sambil senyum-senyum kayak orang bener. hehehe... si jenggo sampe ketawa-tawa. :) love u tha... miss u juga...

salam sayang dan rindu selalu...
aku, lelakimu yang tak sabar menanti senja januari datang...

Monday, August 08, 2005

kepada putri rampen (26)

dan aku pun berterima kasih pada angka delapan. angka ketika kita tak percaya bahwa cinta bisa datang dengan sendirinya. kita mungkin memang tak pernah menyangka ini bisa terjadi begitu mudah, tapi bukankah hidup selalu penuh kejutan? ada saatnya kita tertunduk dan mengurai airmata. ada kalanya kita larut dalam tawa. dan bila sebulan terakhir ini kita menjadi bahagia, rasanya tak ada kata yang lebih indah selain ucapan terima kasih pada Sang Kuasa. sambil memanjat doa, agar pagi dan malam selalu indah, karena cinta kita lahir dari niat dan cita-cita sederhana: mencintaimu adalah mencintai hidup......

Sunday, August 07, 2005

kepada putri rampen (25)

di senja ini aku adalah lelaki yang menanti pelangi. sendiri menantang waktu, menunggu merpati membawa kabar tentangmu. aku rindu. sejuta kegelisahan merayap, bersama takut yang menyergap. kegelisahanku adalah buah dari cinta yang tumbuh. ketakutanku adalah bibit dari mimpiku yang menjadi nyata. di senja ini aku adalah lelaki yang menunggu langit warna-warni. tahukah engkau tentang keindahan sore hari? senja ini menjadi manis karena di setiap awan berarak dan gagak yang pulang, terlukis di langit kalimat "aku mencintaimu putri rampenku, Tuhan tahu itu".

aku, yang kau panggil jelekku dan sebagai empat katup jantungmu...

kepada putri rampen (24)

di luar tak ada bunyi. sunyi merayap hening. bunyi gesekan kertas di kamar terdengar jelas. jakarta pukul tiga dini hari. terdengar dentang tiang listrik yang dipukul pak hansip. tiga jam ke depan matahari akan segera terbit. sejak tiba di rumah dari kantor pukul dua belas malam tadi, sampai kini aku belum juga mengantuk. padahal telah kucoba melelahkan mata dengan membaca sejumlah buku.

lalu aku tiba-tiba teringat ibuku. kesibukan rupanya membuat aku jarang berjumpa ibu. andai bertemu pun, tak sampai dua jam. berbincang-bincang sebentar kemudian aku menghilang lagi. biasanya ke kantor atau halte rudi. aku bukan jarang pulang, tapi setiap tiba di rumah, malam sudah terlalu larut dan ibuku sudah lelap di kamar. paling-paling, aku hanya bisa melongok ruang tidur dan menatap diam-diam wajah ibuku yang lelap. pagi hari pun begitu. biasanya, setelah menyantap telor mata sapi buatannya, aku langsung pergi. dulu, aku masih sempat ngobrol apa pun. dari soal berita di koran pagi sampai urusan pribadi. saat siang senggang, aku sering tiba-tiba tiduran di samping ibuku yang tidur siang. mencolek bahu agar terbangun, memaksanya mendengarkan ceritaku. mendumel sebentar, tapi akhirnya didengarkan juga.

kedekatanku dengan ibu tak membuatku jadi "anak mama". aku tak manja pada ibuku. aku hanya butuh teman bicara, yang begitu paham isi hati dan kepalaku. jangan pula berpikir bahwa perempuanku kelak musti berwatak seperti ibuku. itu berlebihan. aku cuma mencintai dan merasa nyaman berada di dekat ibu. dan perempuan dalam bayanganku memiliki kriteria sendiri yang sangat mungkin berbeda dengan karakter ibu. dan di di pagi buta begini, aku hanya teringat sosok ibu, dari masa kecil yang menjadi kenangan manis.

ada semacam kerinduan masa silam yang muncul begitu saja. ada dorongan untuk membalas jasa dan pengorbanannya, meski aku tahu seorang ibu tak pernah meminta. aku selalu merasa belum cukup membahagiakan ibu, meski selalu berupaya membuatnya senang.

ada yang tak pernah bisa aku lupa. ketika duduk di sekolah dasar, guruku mengajari cara membahagiakan ibu. tepat pada 22 desember, ketika jatuh hari ibu, guru itu memerintahkan seluruh murid termasuk diriku, membelikan oleh-oleh untuk ibu. isinya sederhana: sebungkus permen cokelat, sapu tangan, kacang, dan kue yang dimasukkan ke sebuah kardus kecil. makanan itu dibeli dari uang jajan yang dikumpulkan serentak.

begitu sampai di rumah, aku ingat sekali, ibuku sedang tidur siang di kamar. kuletakkan kardus kecil itu di atas kepalanya lalu aku pergi bermain. sorenya, saat sampai di rumah, ibu menciumku. aku terkejut karena tak biasanya ibu menciumku yang selalu bau matahari setiap habis bermain layang-layang. setelah mencium, dia mengucapkan terima kasih atas hadiah itu. ibuku menangis membaca sebait kalimat "selamat hari ibu, aku sayang ibuku" di kertas di balik lipatan sapu tangan.

kebahagiaan mungkin sebuah absurditas, persis lukisan abstrak, tergantung sudut pandang orang yang melihat. tapi di mataku, membuat ibu tersenyum dan tak menangis sudah cukup. ibu tak menuntut macam-macam. dan belakangan, karena pertemuan yang jarang, aku tak sesering dulu membuatnya tersenyum. keluhannya pun sambil lalu kudengar. berbincang-bincang tentang negara yang tak pernah beres atau mengenai kisah-kisah pribadiku pun sekadarnya. aku rindu sekali situasi seperti itu.

karena aku tak ingin menyesal kemudian... akan kucoba cari waktu untuk menyepatkan diri membuat ibu tersenyum dan mendengar keluhannya... aku sayang padamu ibu...

di pagi sunyi ini aku juga teringat putri rampenku. tadi aku berbincang dengannya di yahoo. tak telalu lama, karena dia bilang ada urusan penting. aku tak tahu urusan apa, tapi dia janji akan bercerita. baiklah. aku tunggu saja ceritanya nanti. perempuanku juga berkisah, ada seorang kakak temannya yang menyatakan perasaan suka kepadanya. lelaki itu tengah mempertimbangkan untuk lama di kanada karena ingin melanjutkan studi.

lalu aku berpikir. selalu ada godaan dalam sebuah percintaan dan begitu mudah orang jatuh cinta. lelaki itu mungkin baru pertama kali bertemu perempuanku, tapi bisa langsung jatuh hati. ah, betapa lucunya suara hati. aku tak tahu dia emosional atau bukan, meski dari cerita perempuanku, pernyataan suka dikemukakannya setelah dia menumpahkan segala permasalahan. curhat selalu memunculkan risiko pindahnya perasaan. berpijak pada teori transformasi sigmund freud, bapak psikoanalisa itu, seorang dosen pernah memberi contoh kasar begini: kalau kita curhat ke seseorang dan curhat itu didengarkan dengan baik, besar kemungkinan yang curhat akan naksir. itulah sebabnya, amat berbahaya curhat pada lawan jenis. perasaan nyaman didengarkan dan dimengerti melahirkan stimulasi ganjil rasa suka.

aku tak tahu lelaki yang menyukai perempuanku curhat soal apa. mungkin soal perempuan, atau bisa jadi soal lain. tapi apalagi yang ditumpahkan lelaki pada perempuan kalau bukan kisah sedih cinta? lelaki selalu punya seribu cara menarik simpati atau iba perempuan, tapi mengumbar cerita sambil memancing agar si perempuan membalas rasa suka, bagiku terlalu naif dan agak cengeng. lelaki tak boleh begitu. menjadi jantan lebih berharga ketimbang memelas dengan kisah duka yang sentimental. hidup dan cinta mungkin menyedihkan, tapi berharap simpati dari cerita duka rasanya seperti memasang kelemahan.

aku sejujurnya tak terlalu peduli dengan naksir-naksiran yang dirasakan lelaki itu. berpikirnya sederhana saja. perempuanku pasti menarik, hingga dia ditaksir orang. bukankah menyenangkan memiliki perempuan yang menarik, meski rasa cemas juga kerap membuat jantung deg degan? aku lebih peduli pada reaksi perempuanku ketika lelaki itu menyatakan rasa suka dan minat memacari. reaksi perempuanku menarik dan membuat aku begitu menghargai dia sebagai kekasih yang baik dan tahu makna kesetiaan...

sengaja kupasang dialog aku dan perempuanku di yahoo, sekadar mengenang dan menjadi simbol hormat pada sikap perempuanku...

kau: im a lonely
kau: aku kangen kamu banget apa kamu tau itu?
kau: tha kgn kamuuuuuuuuuuuuuuuuuu.
kau: kemarin ada yg nyatain perasaan sama tha
kau: namanya T****a
aku: namanya lucu amat
kau: iyh
kau: serius niyh
kau: trus dia bilang aku akan nuggu kamu sampai PUTUS
kau: hiks...hiks.....
kau: tha mau ketemuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu sama kamu
aku: wih....
kau: tha gak mau disini
kau: tha kangennnnnnnnnnnnnnn
kau: kamu dgr gak sih
kau: ini tha dah nangissssssssssssss
aku: T****a kuliah di mana beb?
kau: sebel
kau: tha kangennnnnnnnnnnnnnnnn
aku: aku juga kangen lho....
aku: seharian kemarin sampe detik ini kangennya ga ilang2
kau: di indo
kau: tapi dia dah selse
aku: lho, nyatainnya gimana cara?
kau: dia lagi considered canada sama ade nya
kau: dia kk nya tmn thaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
aku: o gitu....
kau: hikssssssssssssssss
kau: tha kangen kamu
aku: emangnya kamu jalan gitu ya?
aku: sini sini aku peluk ya....
kau: gak boleh ngomong
kau: kamu gak boleh ngomong
aku: mwahhhhhhhhhhhhhhhh!
kau: tha dulu
kau: sebel
aku: ya deh
aku: B-)
kau: tha kangen kamu bgt
kau: tha gak mau tau
kau: tha kangen kamuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu
kau: kamu tauuuuuuuuuuuuuu
kau: sebel degh
kau: tha kemarin tiba2 pas lagi abis party jadi sedih
kau: tha inget kamu
kau: tha mau peluk kamu terus bilang tha itu dah punya pacar
kau: tha gak boleh di tembak siapapun
aku: mh...
kau: tha pacarnya iea
kau: tha hrs sama iea
kau: tha kgnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn
kau: sebelllllllllllll
kau: yg jelek
kau: cannot touch
kau: i love u,u know that i love u too?
kau: i love uuuuuuuuuuuuuuu
aku: i love u too tha...
kau: gak mau lagi tha lama2 di canada
kau: gak mau
kau: sebel
kau: knapa sih cowok2 itu gak ngerti
kau: mau naik bajaj gak?
kau: gak mau
kau: maunya mikrolet
kau: iyh
aku: hehehe
aku: tha, kemarin aku nongkrong di halte
aku: cuma sebentar aja
aku: soalnya, warungnya rudi mau digrebek
kau: hiks...hiks...
kau: terus
kau: tha mau nangis niyh
aku: aku ke situ mo liat2 aja sama mau ngelawan2 gitu deh kalo mo digusur
kau: hiks....
aku: hm
aku: sini sini sayang
aku: aku peluk ya
kau: tha kgn bgt hari ini
aku: aku sayang kamu
kau: kgn bgt
kau: kgn bgt
kau: kgn bgt
aku: aku juga kangen kok... meskipun tadi kamu bikin aku sebel bilang jam 24.00
aku: maaf ya...
aku: kamu merasa sebel ya sama cowok2 yg nembak2 kamu gitu?
kau: maaf
aku: kok bisa kenalan sih?
aku: emangnya pada ngajak jalan2 gitu ya?
kau: GW BISA BUAT LO BAHAGIA KOK
kau: AH LO MASA SIH GAK MAU AMA GW?
kau: mereka kdg suka ngomong
kau: MEREKA SIH GAK NGAJAK JLN
aku: gitu ya....
kau: THA GAK NGERTI
kau: THA ITU EMANG BAIK AMA ORG BUKAN BERARTI SUKA
kau: SEBEL
kau: CUMA GARA2 THA DGR DIA CURHAT MAREN MLM TRUS T****A ITU BILANG
kau: IH THA LO BAIK BGT SIH MA GW,CARE.
kau: GW BOLEH GAK JADI COWOK LO
kau: HA?
kau: PLEASE DEGH
kau: KAMU DGR GAK SIH
aku: denger...
kau: CAPEK NIYH NGETIK NYA
aku: trus trus
kau: GAK TAU AH
kau: SEBEL
kau: :((
aku: jawab apa kamu pas T****a gomong gitu
kau: THA INI UDAHS ERIUS
kau: :((
kau: gak tau
kau: AKU BILANG T****A GW DAH PUNYA PACAR.
kau: DIA BILANG COWOK LO DI MANA
kau: DI INDO
kau: DIA BILANG..............
kau: ha
kau: its make me hurt babe
kau: aku takut
kau: aku takut
aku: hm...
kau: dgr gak sih
kau: hm mlulu
kau: sebel
aku: dia ga kul di thomas kan?
kau: jahat
kau: gak
kau: tapi dia lagi considered
aku: maksud aku, intensitas ketemunya ga sering kan ke depannya?
kau: nyari tmpt yg cocok buat program S2 nya
kau: gak tau baru planning
kau: mana dia sok nanya2 si i***n
aku: kenalnya di mana?
kau: dia ABANGNYA TMNKUW
kau: lo jadian sama ivan yah
kau: ABANGNYA TMNKUW
kau: AHHHHHHHHHHHHHHHHH
kau: GAK DI DGR
kau: iya maksud aku
kau: TAU AH
kau: SEBEL
aku: kenalnya di party?
kau: KOK PUNYA PCR OON SIHHHHHHHHHHH
kau: GAK
kau: ABANGNYA TMNKUW
aku: iya
kau: T****A ABANGNYA TMNKUW
aku: dia dateng ke room dorm?
kau: GAK
aku: kronologi ketemuannya babe
kau: AKU TURUN KE TOWN
aku: hm ic
kau: KNAPA SIH KLOW KITA BAIK SAMA COWOK,MEREKA SALAH SANGKA
kau: THA DEKET BUKAN BERAR
kau: BERARTI SUKA
kau: SEBEL
aku: :)
aku: emangnya baiknya gimana sih?
kau: ya standar lah klow cuma dgr curhat
kau: klow cuma senyum manja
kau: senyum manis
kau: kasih support dgn pelukan
kau: salah emang
aku: ha?
aku: peluk?
kau: iya
kau: SUPPORT
aku: hya ampun....
kau: CUMA SUPPORT
aku: ya tetep aja peluk
kau: emang knapa
aku: ga usah sampe gitu kali
kau: salah yah
aku: berlebihan namanya
kau: peluk biasa
kau: peluk biasa
aku: apa pun babe
kau: gak pakai apa2
aku: itu berlebihan
kau: ha
kau: masa
aku: kayak di film friends aja
kau: gak
aku: ih beb
kau: aku suka peluk tmnkuw klow lagi mereka sedih
aku: berlebihan tuh... orang indo ga bisa digituin
kau: iya tapiiiiiiiiiiiiiii
kau: aku kan mau berempati
kau: aku gak mau cuma simpati
aku: ya tapi cukup denger curhat aja...
kau: ah
aku: pantes aja mereka jadi ge er2 seneng ga penting gitu
aku: dipeluk... yah... gitu deh jadinya
kau: masa sih
aku: iya beb
kau: aku bingung?
kau: cuma peluk
aku: watak indo gimana pun masih kental ketimurannya...
kau: gini..
aku: buat kamu mungkin biasa, tapi ga setiap orang bisa begitu...
kau: masa
kau: masa sih
kau: ah
aku: ada hal2 yang keliatan beda dari sudut pandang peluk...
kau: gila
aku: iyah...
kau: iya kah?
aku: peluknya lama ga?
aku: kena dadanya dunk? :(
aku: ih....
kau: gak cuma bilang ya udah deh lo pasti dapat yg terbaik
kau: sebentar
kau: ah tau
kau: sebel degh
aku: gini gini...
aku: ya udah yg udah terjadi ya udah....
aku: biar aja t****a mungkin lagi emosi
aku: orang emosi ga punya pendirian
aku: labil
aku: didenger gitu curhatannya
aku: yah seneng deh
aku: lalu jadi suka mendadak...
aku: apalagi abis dapet pelukan, yang kemungkinan besar dia salah artikan
aku: padahal kamunya biasa2 aja...
aku: di sinilah letak masalahnya...
kau: iya deh
kau: yg tua
aku: lalu dia dengan ringannya bilang, eh gue mau dong jadi cowok lo
aku: hehehe kaget2 deh kamu
aku: dan biasanya
aku: ke depannya jadi ga enak, kecuali dia bisa nerima dengan jantan
aku: tapi lelaki jantan itu jarang, kalau bukan anak jalanan
kau: iya

dan perbincangan pun berlanjut, tapi tak lagi membahas lelaki itu. lelaki itu terpukul, lalu bilang akan menunggu perempuanku putus. hahaha. sekali lagi, inilah sebuah kelucuan suara hati yang labil dan sangat mungkin emosional. dalam bimbang dan jiwa yang belum stabil, semestinya lelaki tak boleh begitu, karena berkepala dingin jauh lebih baik daripada mengumbar cinta dengan hati yang panas. emosional selalu menghasilkan hasil yang tak sesuai harapan.

aku tak merasa menang dari kisah ini. biasa-biasa saja. aku percaya perempuanku perempuan yang baik, meski aku tak melihat dan merasakannya dari dekat. tapi tahukah kau tentang kepercayaan dan keyakinan seorang yang tulus mencintai? dia tak pernah goyah dan tegak bagai batu karang menantang ombak. seperti itulah aku bersikap. bukan hendak menyombongkan diri atau takabur, tapi mempercayai cinta dengan jalannya yang lurus, jauh lebih baik ketimbang menduga-duga pada sebuah analisis yang sifatnya negatif. aku percaya perempuanku, tapi tak begitu saja membiarkannya jalan sendiri. selalu ada cara untuk menjaga hubunganku dengannya tetap baik. di sinilah kedewasaan dan kesetiaan diuji tanpa paksaan. dan sikap perempuanku itu telah membuatku bangga dan yakin bahwa kesetiaanya teruji dengan baik. bahwa ada yang dicarinya ketimbang hubungan basa basi, yaitu kebahagiaan cinta sejati yang mungkin menjadi impiannya. apalagi yang dibanggakan pada sebuah cinta selain kesetiaan? niat baik untuk mewujudkan cinta abadi rupanya menjadi kendaraan yang baik menghindari penghianatan. semoga saja...

aku tak mengecilkan kemungkinan pada suatu saat manusia akan berubah. dalam hidup, cuma satu yang tak pernah berubah, yaitu perubahan. itulah sebabnya, cerita tentang lelaki itu hanyalah sebuah ujian kecil dalam perjalanan panjang aku dan perempuanku. ada banyak kerikil di depan jalan dan sangat mungkin aku dan perempuanku tertatih melangkahnya. sangat boleh jadi juga aku dan dia terjatuh, lalu bangkit lagi, jalan lagi menuju kebahagiaan yang dicari.

hidup adalah pelaksanaan kata-kata. dan janji yang di lafalkan sangat mungkin diingkari, tapi aku yakin, hati aku dan perempuanku tak pernah bisa berdusta bahwa ada semacam niat baik di balik hubungan ini. Tuhan pasti bukan tanpa alasan mempertemukan kami dan menjadikannya kekasih. tanpa mengindahkan bahwa semua terpulang pada kuasa Sang Pencipta, aku yakin bila jalan kami lurus-lurus saja, cinta ini akan menjadi indah dengan sendirinya. siapa yang tak ingin bahagia dengan cinta yang dipilih? siapa yang tak senang cintanya berakhir indah, seperti ketika kami sepakat menjalin kasih lewat hitungan angka-angka satu sampai sembilan diselingi celetukan khas "ha"? aku yakin niat baik selalu menciptakan senyum abadi. jaga hubungan ini baik-baik Tuhan, karena hatiku tak pernah ingin berjarak seinci pun dengannya...

perempuanku yang baik...
aku sudah mulai mengantuk... cerita di atas hanya sebatas tumpahan hati semata. aku tak membenci lelaki itu. biasa-biasa saja. bukan soal penting buatku, karena jauh lebih menyenangkan membayangkan di senja basah januari nanti kita bersua. aku percaya padamu dan terima kasih telah menjaga kepercayaan ini. aku pun begitu di sini. sekarang ada baiknya aku tidur. ngantuk. sepertinya aku batal datang pada perayaan ulang tahun marinir di cilandak. lelah sekali. tentara laut itu, kabarnya, memiliki tank-tank baru. alat perang yang mahal. andai tak ada perang pasti uang beli tank bisa untuk mengganti bajaj-bajaj yang berisik itu. meredam bunyi kenalpotnya yang membuat telinga sakit. aku tidur ya. tidak jadi pergi pagi ini, lagi pula binyo, keponakanku yang sempat gagal tes masuk sekolah dasar itu--sekarang sudah sekolah di sekolah lain, menginap di rumah kakak.

jaga dirimu baik-baik perempuanku yang baik. aku cinta kamu... apa kamu tahu itu? Tuhan tahu lho...

aku, lelaki yang tengah teringat ibu dan yang selalu membiarkanmu berbaring di batinku...

Friday, August 05, 2005

kepada putri rampen (23)

mayat lelaki berusia sekitar 40 tahun itu terbujur kaku di tempat tidur pasien. sebuah peti mati tergolek di sudut ruang. bau anyir darah meruap, membuat hidung terasa aneh. tapi di kamar otopsi berkapasitas delapan mayat ini, empat petugas forensik yang berdiri mengitari mayat itu tampak tenang. mengenakan sarung tangan dan penutup hidung serta kepala, mereka terlihat santai. satu perempuan, tiga lainnya laki-laki. dari dokter zul, koordinator otopsi rscm, aku tahu bahwa cuma yang perempuan dan lelaki tua yang dokter, sisanya petugas biasa.

dan kengerian di mataku itu pun berlangsung. seorang di antara mereka membuat robekan vertikal tepat di tengah tubuh. dari ujung xiphois ke arah bawah hingga simphisis pubis. aku berkernyit menahan perih, tapi dokter itu terus menggunting ke atas, dari pusar ke pinggir dada, hingga ujung rusuk keenam, satu di kanan satu di kiri. guntingan dilanjutkan dengan membentuk dua potongan horisontal dari bawah puser ke pinggang, juga kanan kiri, menyusur lekuk tulang usus. ah... tak sakitkah mayat itu meski dia sudah tak bernyawa? aku bertanya bodoh dalam batin...

lalu pisau bedah itu juga ditembuskannya ke jaringan otot. maka tersingkaplah abdomen seperti bunga yang mekar. terlihat jelas rongga perut itu menganga, menampilkan isinya: usus besar dan kecil, hati, limpa, empedu, pankreas, dan jantung. darah mengaburkan organ-organ dari pandangan mata. aku menjadi mual, tapi coba bertahan melihat. mumpung dokter zul memberikan izin padaku untuk melihat.

sambil terus memicing mata, aku melihat kini giliran kepala. lelaki yang berdiri di bagian atas mayat mulai menyayat melingkari batok kepala, di atas alis, melewati pangkal telinga dan tonjolan oksipital. sebuah sayatan melingkar, , seperti armada laksamana ceng ho di zaman dinasti ming mengitari bumi, jauh sebelum columbus menemukan benua amerika. lalu ditariknya irisan vertikal membelah tengah dahi hingga belakang kepala. kulit batok rupanya lebih tebal daripada kulit bagian tubuh lain, merekat erat pada folikel rambut dan kelenjar minyak yang kenyal.

irisan bujur tadi kemudian dilanjutkan ke bawah, membelah kulit hidung hingga bibir atas. dan inilah bagian yang menyakitkan. dokter itu menyobek dari ujung bibir kanan, melingkari kepala, melewati bawah kuping, hingga ujung bibir kiri. dibuatnya juga irisan vertikal di garis batas pipi dengan telinga. dikelupaskah kulit itu pelan-pelan, dari sisi telinga ke arah hidung. jaringan kulit ini rupanya merekat erat pada otot-otot muka. andai tak hati-hati, otot-otot itu akan tercerabut juga dan pemasangan kembali wajahnya bakal tak bagus. lantas disayatnya kulit sepanjang rahang, dari telinga kanan dan ke kiri. gunting kulit dari bibir bawah ke ujung dagu. dan... kemudian terdengarlah bunyi gergaji manual membelah batok kepala... aku tak tahan dan memilih menjauh...

"kalau saya yang otopsi, pakai gergaji listrik," kata doikter zul. aku tersenyum tak habis pikir. betapa malang nasib mayat itu. tapi dunia kedokteran selalu membuat hal yang tak lazim menjadi mungkin. kemudian satu per satu mahasiswa-mahasiswa kedokteran berdatangan. mereka adalah mahasiswa yang tengah menghadapi ujian forensik. adakah yang salah ketika sebuah praktek otopsi digunakan juga untuk pendidikan? aku tak bisa menjawab, tapi logikanya sederhana saja. andai tak ada mayat-mayat itu, bagaimana cara mahasiswa-mahasiswa itu praktek forensik? masa iya harus membunuh dulu. simbiosis mutualisme. keadaan saling menguntungkan ini sudah cukup banyak diketahui keluarga yang meninggal. itulah sebabnya, banyak yang tak rela ketika jenazah keluarga atau kerabatnya hendak diotopsi, kecuali untuk kasus-kasus kriminal. tinggal yang kasihan adalah para gembel atau gelandangan. sudah bisa dipastikan, lantaran tak ada keluarga, mereka bakal menjadi korban praktek forensik mahasiswa kedokteran. mestinya mahasiswa-mahasiswa itu berterima kasih pada gembel dan gelandangan. mungkin saja ketika berpapasan di jalan mereka cuek, tapi begitu di kamar jenazah, mereka benar-benar dihargai sebagai cadaver yang amat penting. dibedah sampai tuntas agar semester enam bisa terlewati...

dan di ruang otopsi itu aku teringat engkau perempuanku...
ingat saja. begitu kuat. kubayangkan engkau berdiri di depan jenazah yang membujur kaku. memainkan pisau dan gunting bedah. tidakkah engkau ngilu dan ngeri? ah, melihatnya saja aku nyeri, apalagi membayangkan menyayatnya. tapi sudahlah, pendidikan dan mungkin profesimu kelak memang mengharuskan engkau begitu. bersenang-senanglah dengan cadavermu. aku menulis ini cuma karena teringat pada praktekmu saat di que lalu. mudah-mudahan hasilnya memuaskan. aku doakan... aku sayang kamu. makan dulu ya...

aku, lelakimu yang pusing setelah melihat isi perut dan mendengar kepala digergaji.

kepada putri rampen (22)

lalu aku menjadi takut
pada apa
pada siapa
tak pernah jelas
ketakutan muncul begitu saja
menghantui seperti bayang tubuh

dan aku hanya bisa melangkah
perlahan
naik ke bukit dan menuruni tebing
dengan langkah yang tak pernah gontai

mungkin karena aku punya mimpi
menjadi sesuatu
dan berakhir dengan keindahan
meskipun hantu ketakutan tetap seperti bayang tubuh...

Wednesday, August 03, 2005

kepada putri rampen (21)

"memangnya kalau kita di penjara harus bayar mas? kalau nggak ngasih duit bisa mati ya? kok gitu sih? memang undang-undangnya begitu? suami saya mati mas. muka dan dadanya biru, mungkin dipukulin karena nggak bisa bayar mas ya?"

pertanyaan sederhana tapi sulit itu meluncur dari mulut seorang ibu yang duduk di depanku. bibirnya bergetar dengan suara yang terdengar parau. sorot matanya datar, menunggu aku menjawab.

tapi aku cuma bisa melenguh perempuanku. sebetulnya bukan pertanyaan susah. jawaban idealnya, penjara tak membutuhkan bayaran. tak ada logika hukum yang membiarkan penjara menetapkan bayaran untuk narapidana. tapi, andai aku menjawab begitu, ibu itu pasti akan mendesak dengan pertanyaan lanjutan: "kok suami saya disuruh bayar? karena nggak punya uang dan nggak bisa bayar suami saya mati."

salahkah bila aku hanya terdiam? aku tak sanggup menjawab pertanyaan lugu itu perempuanku. aku lihat mata ibu itu basah, ingatannya seperti terbawa pada pada sosok suaminya yang baru lima hari masuk penjara salemba. dalam hening aku merasa dadaku nyeri menahan amarah...

dan kutuliskan kisah ini kepadamu perempuanku yang baik... semoga engkau berkenan membacanya, sekadar membantuku mengurai kegelisahan dan emosi yang tak lagi sanggup kutahan...

tarmudi. bapak tujuh anak itu sehari-hari bekerja sebagai sopir pribadi. masuk penjara karena diduga memalsukan tanda tangan. padahal, menurut istrinya, bapak tidak berniat memalsukan tanda tangan.

begini ceritanya. selain sebagai sopir, tarmudi juga biasa bekerja serabutan sebagai kuli bangunan. nah, seorang tetangga mempercayakannya memperbaiki sebuah rumah yang hendak dikontrakkan. rumah itu berantakan karena rusak di sana sini. tarmudi senang diberi kepercayaan dan rumah itu pun diperbaiki. biaya perbaikan menggunakan uang bayaran dari orang yang hendak mengontrak. jumlahnya enam juta rupiah. dan di atas kertas kuitansi, tarmudi membubuhkan tanda tangannya.

anehnya, si pemilik rumah marah dan menuding tarmudi menghabisi uang seenaknya, padahal uang itu dipakai untuk membetulkan rumah. celah kesalahan pun dicari. tanda tangan tarmudi di atas kuitansi dipermasalahkan. tarmudi kalah, dia ditangkap polisi. dua bulan di kantor polisi cempaka putih, dan akhirnya dipenjara di rumah tahanan salemba, jakarta pusat, menunggu sidang pengadilan. baru lima hari di salemba, menempati kamar bersama dua tahanan lain, tarmudi mati.

kabar yang diterima keluarga, tarmudi gantung diri. tapi bukan bermaksud menyangkal takdir kalau keluarga tak percaya. luka-luka di wajah dan dada membuat mereka curiga bahwa tarmudi mati secara tidak wajar. terlebih lagi, empat hari berturut-turut sebelum tarmudi mati, keluarga menerima telepon dari seseorang yang mengaku sebagai kepala blok tahanan. si penelepon meminta uang tiga juta untuk biaya sewa kamar. dan keluarga tarmudi tak sanggup, dan setiap hari tarmudi mengaku dipukuli.

istrinya masih ingat tarmudi bilang begini: "bu, bapak setiap hari dipukulin. empat hari ini bapak nggak dikasih makan. kalau bapak nggak bayar-bayar, bapak mungkin bisa mati."

dan tarmudi tak keliru memperkirakan nyawanya sendiri. dia mati, meninggalkan tujuh anak dan seorang istri, yang hingga kini masih tinggal di lorong gang yang sesak, di sebuah rumah seluas separuh lapangan bulu tangkis. arum, istrinya tak pernah tahu hidup esok bagaimana setelah suami tercinta pergi untuk selama-lamanya...

begitulah perempuanku. kasus ini bukan sekali dua kali terjadi. anton medan, mantan preman yang sekarang menjadi dai, mengatakan bahwa palak-memalak dan gebuk-menggebuk di penjara adalah cerita biasa. kematian tahanan bukan lagi hal yang asing. biasa menurut bekas preman, tentu tidak begitu bagi kita yang melihat semestinya hukum berjalan lurus-lurus saja. dan dari penjara salemba, kita bisa menarik secarik kertas hitam bertuliskan: negeri ini tak pernah serius mengelola dunia hukum. mafia peradilan sampai mafia penjara berkeliaran, di tengah sipir dan pengawas yang berlagak cuek--padahal sangat mungkin menerima jatah bagian. lelah sekali merenungi itu semua... selamat datang di negeri preman!

perempuanku yang baik...
ngomong-ngomong, apa kabarmu hari ini? engkau pasti sedang berdoa seharian ya? pasti doamu tentang kepergian nenek. aku turut berduka cita. dan aku ikut menyesal karena engkau sedang jauh ketika nenek tiada. tapi aku berharap engkau tak larut dalam kesedihan panjang. agar nenek pulang dengan senyuman. ikhlaskan ya...

hari ini wawancara dengan dokter forensik itu batal, karena si dokter yang baik itu, namanya dokter zul, menelepon kalau rem mobilnya blong. dia tak berani jalan dan wawancara dijadwalkan besok (kamis). aku senang sekali bisa mewawancarai si dokter forensik ini. bukan saja karena dia ramah (dia bilang, kalau untuk wartawan saya mau bantu deh), tapi juga karena aku jadi teringat engkau perempuanku. engkau selalu senang membahas bedah dan forensik ketika berbincang. lucu juga sih engkau selalu ingat aku ketika sedang membelah tubuh mayat atau cadaver itu. mudah-mudahan saja karena melihat jantung, bukan karena sosok mayatnya yang mirip dengan aku. aku masih menjadi empat katup jantungmu kan perempuanku? terima kasih banyak jika masih... jangan pernah berubah menjadi kulit ari ya, apalagi daki. hehehe. ah, aku bisa tersenyum lagi. engkau berhasil mengubah amarahku menjadi senyuman. terima kasih nadiku... bidadariku yang cantik dan baik hati... love u so much!

aku di kantor. di luar masih hujan. sekarang pukul tujuh malam lebih setengah jam. dua hari terkahir jakarta selalu hujan. tak deras betul, tapi cukup lama. mungkin bakal ada banjir. entahlah. yang jelas, hujan selalu membuat jakarta kian semrawut. jalan-jalan basah dan macet kian menjadi-jadi. dan aku tetap mau pulang. aku mau baca majalah dan novel yang belakangan tertinggal kubaca, lalu tidur.

o ya lupa, aku beli kaca mata baru, setelah tiga kali kaca mataku hilang di mana aku tak tahu. frame-nya berwarna cokelat. di mata aku bagus, entahlah di mata orang-orang. hehehe. aku tak peduli. tadinya aku berpikir akan duduk-duduk di halte menemani rudi. tapi aku ingat kebawelanmu. pasti engkau akan marah-marah kalau aku tidur di halte. padahal tidur di halte itu asyik lho. seru. tapi sudahlah, aku tak ingin dimarahi gara-gara soal halte. aku pulang ya. jaga dirimu baik-baik dan jangan kelewat centil ya perempuanku. semoga papermu untuk jumat dapat nilai baik. makanmu jangan telat. semoga saja migrenmu tak terlalu menyulitkan. tetap semangat ya... salam rinduku untukmu...

aku, siapa lagi kalau bukan lelakimu.

Monday, August 01, 2005

kepada putri rampen (20)

malam ini aku rindu sekali perempuanku. sebenarnya selalu begitu setiap malam, tapi tidak sekuat malam ini. ada perasaan ingin bertemu yang mengeras dan berharap januari tiba dengan cepatnya.

di luar sudah gelap. jalan pun sudah lengang. malam di kota ini selalu menyisakan sunyi yang ganjil. orang-orang tidur membawa cemas dan mimpi masing-masing: bagaimana caranya besok terhindar dari macet di jalan dan tak dirampok di perempatan lampu merah. dan malam ini aku tak ingin seperti mereka. aku hanya ingin mengingatmu, mengenangmu dari setiap baris kata yang pernah kita perbincangkan. lalu aku membayangkan engkau duduk di depanku. berbincanglah kita tentang sisa-sisa rindu yang tercecer. betapa menggelisahkan kerinduan ini...

kuhitung bintang di langit. begitu banyak dan selalu gagal kupastikan jumlahnya. mungkin jutaan, barangkali miliaran. tak jelas, tapi aku bisa memastikan rinduku jauh lebih banyak dari taburan bintang yang menghias cakrawala malam ini. rinduku malam ini adalah rindu yang tak pernah selesai dihitung jumlahnya...

akan kupetik satu bintang itu...
lalu kubawa lelap dalam tidur rinduku...