Tuesday, December 25, 2007

ze

cinta adalah jembatan untuk tidak peduli pada apa dan siapa pun, termasuk pada yang Kuasa.

setiap desember jatuh pada tanggal 25, saya tak pernah teringat siapa pun. saya tidak peduli. tapi natal kali ini, saya teringat pada sosok ze. perempuan yang belum lama saya kenal. ia seorang dokter. bekerja di sebuah lembaga internasional bergengsi. kedua bola matanya yang kecil mengingatkan saya pada zhang ziyi saat bermain di geisha karya rob marshall. perempuan lembut yang lebih memilih diam ketimbang mengumbar amarah kala sedang jengkel.

dalam tugasnya, ze lebih sering bepergian menyambangi daerah-daerah pelosok tanah air. meninggalkan dua anaknya di rumah yang diasuh sang nenek.

ze seorang kristiani yang taat. ada rosario yang tak pernah lepas tergantung di lehernya yang jenjang. rajin ke gereja dan senang sekali mengutip ayat dari alkitab dalam blog pribadinya. ibunya seorang muslim. begitu juga ayahnya.

ze menyenangkan. ia mudah tergelak. pintar dan santun. dan pada natal, saya yang biasanya tidak pernah ingat apa pun dan siapa pun, tiba-tiba terkenang pada sosok ze. teringat kisahnya yang perih.

ia bercerai dari suaminya, kekasih pertamanya sejak zaman sekolah tingkat atas. kegilaan suaminya yang, menurut pengakuan ze, bermain gila di rumahnya dengan perempuan lain, memukul keras batinnya. ia memutuskan untuk berpisah. yang lebih gila lagi, ternyata suaminya menikah diam-diam sebelum ze memergoki sedang berasyik masyuk di kamar tidur, yang biasa ia tempati bersama sang suami.

dan ze akhirnya hidup dengan kedua anaknya. yang pertama lelaki, usia tujuh tahun. anak kedua saya lupa, tapi perempuan. manja. terakhir saya bertanya tentang kabar si manja ini, panasnya tinggi. demam. ada yang tidak beres di perutnya, kata ze.

dan di natal ini, saya teringat ze. ingat kisahnya yang membuat saya terdiam cukup lama tanpa fokus melihat apa pun.

saya teringat masa lalu ze yang dulu muslimah taat. menutup aurat. rajin shalat lima waktu. kealimannya tidak jarang membuat sejumlah lelaki muslim lain terpikat. tapi ze tidak tergoda. ia lebih memilih lelaki yang kemudian menjadi suaminya. suami yang pada akhirnya membuatnya kehabisan air mata. air mata perceraian. tragedi terburuk yang yang tidak lama setelah itu, saya tidak tahu persisnya, membuat ze beralih keyakinan dari seorang muslim menjadi nasrani. ze tidak peduli ayah dan ibunya kecewa. ze tidak peduli Tuhan yang diyakininya selama ini juga kecewa.

saya menghargai dan menghormati keputusan ze, meski kehabisan kata-kata membayangkannya di natal ini. saya sungguh-sungguh gelisah mengingatnya....

Sunday, December 23, 2007

sekian kalinya

untuk kesekian kalinya
ia menoleh
untuk kesekian kalinya pula
ia berpaling
menarik waktu bahagia
sewaktu ia tidak sendiri

gemuruhnya gemuruh rindu
yang tidak mampu
ia terbangkan
pada waktu
yang tidak bisa
ia kuasai

ketika itu
bulan masih juli
gerimis belum membuih
jarak bersamanya hanya seinci
tapi tidak kini
tiada lagi biru di langit
setiap kali ia menengadah
memanjat mimpi
cuma pekat
lebur bersama
harap yang lenyap

Thursday, December 20, 2007

pergilah yang jauh...

tapi dia tidak lagi melihat bayangnya di simpang, persis di bawah tiang temaram merkuri itu. matanya cuma menangkap lorong panjang yang sepi dan seekor kucing liar mengejar tikus yang setengah mati mencoba sembunyi.

dulu. kemarin dulu ia ingat sekali. setiap hari ia dan dirinya tergelak menyusuri jalan itu. kadang sambil setengah berlari menghindari gerimis yang turun saat senja menepi. ia juga masih ingat, ketika itu ia begitu yakin bahwa dirinya adalah persinggahan terakhir.

tapi buku itu tak pernah selesai dibaca. yang tersisa kini hanyalah waktu yang membeku. kota sunyi tanpa gelaknya. yang tersisa hanya ruang yang memaksa mereka mencari jalan sendiri-sendiri. tak ada lagi matanya yang membuat ia tidak pernah merasa terbunuh sepi...

ia memaksa diri untuk terus berdusta. mencoba percaya rasa sakit itu hanyalah sebuah kiasan hidup. mencoba percaya perihnya selama ini sama sekali bukanlah kenyataan. ia tidak tahu sampai kapan. mungkin ia tak akan pernah selesai memahami. selalu begitu.

hahahaha....

hahaha.... nggak bisa tidur malah keingetan waktu chat sama bule. hahaha...

bule: account facebook lu apaan?
gue : apaan tuh?
bule: itu loh, social networking site, ntar bisa add friends dll.
gue : oh, kayak friendster gitu yah?
bule: apaan tuh?

hahahahaha.... aduh sakit perut.

Monday, December 17, 2007

rindu saja cukup

kukirim rindu ini dari jauh
padamu yang lupa
kita pernah bersama mencuri malam
luruh berdua menjelang pagi tiba

telah kusingkirkan waktu
membiarkanmu berlalu
menganggap tak ada
gelak tawa dan tangismu dulu

rindu saja cukup
meski kau tak pernah tahu...

Friday, December 14, 2007

rindu sekali

sebetulnya saya masih marah padanya. teramat marah malah. tapi rupanya, setiap kali saya merasa jengkel, seketika pula saya merasa amarah itu tidak ada artinya dengan rasa sayang padanya. saya sungguh bisa menepikan amarah itu, dan membiarkan semuanya hilang begitu saja. maka yang tersisa, hanya kenangan-kenangan manis. tak sedikit pun kejengkelan yang membekas lalu berubah menjadi dendam, misalnya.

seperti malam ini, begitu bangun dari tidur pukul sepuluh tadi, saya langsung teringat dia. lama sekali sampai-sampai saya cuma bisa diam. ada keinginan kuat untuk bertemu. ada keinginan kuat untuk melihat senyumnya. sebentar saja tidak apa-apa. saya merindukannya. dan saya tidak tahu sampai kapan saya bisa bertahan menelan potongan-potongan kenangan bersamanya.

kadang-kadang saya berpikir, apakah dia juga merasakan hal serupa? atau cuma saya yang tak kunjung bisa menganggap semuanya sudah selesai? rindukah dia dengan saya? ingin rasanya saya bertanya, tapi saya tidak ingin mengganggu. saya takut dia marah lagi. saya takut justru kehadiran saya kembali malah membuat semuanya menjadi serba sulit. dan saya tidak lagi bisa menyimpan ini semua sebagai kenangan indah...

semoga saja dia baik-baik. tidak sakit. dan bahagia menjalani hari-hari nanti, tanpa saya di sisinya tentu...

Sunday, December 09, 2007

takut

setiap pulang ke rumah, kebiasaan saya adalah berlama-lama di kamar. membaca apa saja sampai ngantuk datang. atau kalau bosan membaca, saya hanya tidur-tiduran. melamun. atau diam begitu saja. tidak ada perasaan gelisah sama sekali. saya tenang, meski sedang sendirian.

tapi sekarang saya takut. sendirian membuat saya sedih. sendirian membuat saya benar-benar tidak tahu harus berbuat apa. dipaksa membaca buku apa pun, saya tak akan fokus. saya masih sakit. sakit sekali. saya tidak bisa melupakan peristiwa di pagi itu, meski saya sudah memaafkan. saya cuma tidak pernah menyangka. hati yang baik itu bisa begitu. hati yang baik itu bisa melukai. sebegitu sadiskah saya sehingga harus diperlakukan begini? saya melihat itu bukan dia, karena dia tidak begitu. saya kenal betul hatinya. saya paham betul makna tangisannya selama ini.

untung saya punya teman yang hidup 24 jam di kantor. mereka tidak tahu luka saya, tapi berada di antara mereka membuat saya bisa melupakan sakit itu. saya bermain ps bola, meski tidak konsentrasi dan lebih banyak kalah. saya mencoba tertawa meski rasanya aneh. dan bila satu per satu teman saya pulang, atau tidur, saya benar-benar takut. saya takut ditinggal. saya tidak ingin angan ini hanyut dan peristiwa pagi itu lagi yang datang.

Tuhan, apa dosa saya sehingga Kau hukum sebegini rupa? Sedemikian jahatkah saya? Kenapa ia yang sangat saya cinta bisa begitu tega? Salah saya apa Tuhan? Ini bukan perkara saya tidak lagi bisa menyayangi, atau memiliki seseorang yang bisa berbagi setiap hari, setiap jam, setiap detiknya. tapi ini soal kehilangan. saya kehilangan harapan. saya kehilangan sebuah kepercayaan. saya kehilangan sebuah janji. saya kehilangan senyum yang selama ini saya pikir tulus... saya benar-benar terkurung takut, meski tidak sendiri sekalipun...

Thursday, December 06, 2007

mabuk saya

saya tak pernah menyukai bir. tanpa alkhohol sekalipun. jangankan meminumnya, mencium aromanya saja pasti saya sudah mual. begitu pun minuman beralkohol lain, yang nama-namanya asing di telinga, seperti smirnoff, jeam bim, atau masih banyak lagi yang saya tidak tahu bagaimana rasanya.

maka setiap kali teman-teman yang gemar meracik minuman mengajak, selalu saya tampik. saya lebih senang meminum teh botol. (wih, kalau tidak salah, sudah tiga bulan terakhir ini saya tak meminum air putih. gawat juga).

tapi malam ini saya gagal. ajakan itu tak bisa saya tepis. bergelas-gelas, saya tenggak. saya mabuk habis-habisan. tertawa tanpa sadar. mengoceh tanpa tahu apa yang saya bicarakan. tidak fokus. rasanya ganjil. ada perasaan yang belum pernah saya selami. seperti mengambang. kepala pening bukan main. muntah tak tertahankan. dan saya dibopong karena tak sanggup berjalan.

tapi kenapa sedih dan sakit itu tidak hilang? awal-awal memang begitu kata seorang teman. mungkin saya akan mencoba lagi nanti. dan kami sudah sepakat untuk menjadi lebih gila daripada malam ini. hati kecil saya tidak suka, tapi saya tidak tahu harus bebruat apa. sungguh, betapa memualkan alkohol-alkohol itu.

tapi saya cuma ingin mengusir sedih dan sakit.

ambivalent passive kah saya?
conforming yang pencemas?
compulsive yang tersesatkah saya?

adakah kalian yang bisa mencerabut luka yang tengah saya renangi?

Wednesday, December 05, 2007

hujan kata

engkau adalah rumah
ruang meletakkan lelah
setiap hari
di mana aku berlindung
dari deras hujan kata

jangan pernah
sekejap pun
pergi menjauh
menyisakan peluh
di mana aku
tak bisa bersembunyi
dari deras hujan kata

Monday, December 03, 2007

rindu hujan

hujan begini
di mana engkau
tak ada kabar
menyisakan gelisah
pada dingin yang panjang

di mana engkau, cinta
sedang di luar
sepi merayap
menyisakan resah
pada rindu yang tak lekang