Thursday, May 07, 2009

di tepi stasiun tua

keretaku berangkat, sayang. kereta tua, buatan jerman, dengan peredam yang buruk. stasiun remang, sunyi, menyisakan bunyi rindu yang panas di atas rel yang tergilas. rumah-rumah di tepian, bagai kelebatan bayang sewaktu kau, tersenyum di sampingku, ketika kau berbisik lirih: starkids. pada waktu dengan napas yang meruapkan wajahmu, sejenak izinkan aku, membawa rindu. pada malam yang murung dan langit memerah, sejumput asa telah kutanamkan. ada yang ingin kutitipkan pada angin, waktu kita masih panjang, hapus air matamu, sebab mimpiku bersamamu tak kan pernah selesai... tak kan pernah berhenti, terus melewati stasiun-stasiun tua yang muram, melewati hari-hari yang penuh tawa, melewati awan-awan yang menari, melewati bulan demi bulan, tahun demi tahun yang memberi ruang hanya untuk aku, juga kau... berdua saja mengayuh cinta yang tak pernah kita rasakan sebelumnya...

Tuesday, May 05, 2009

ke mana ya enaknya...

nggak jadi taping. ditunda besok. di luar macet. sore jakarta nggak pernah nyaman selain sabtu dan minggu. di dalem dingin. orang-orang sibuk sendiri. gw jenuh, mungkin juga marah. tapi, di mana-mana mungkin selalu sama. selalu ada yang membuat kita muak di kantor.

enaknya ke mana ya? sekedar membunuh waktu, menjelang bola nanti malam... ah, gara-gara antasari, semua jadi kacau. liatin jalanan dulu ah...

pada pagi aku gelisah

aku ingin menjadi ombak
dalam lautmu
melahirkan buih
di sepanjang pantai
pada siang menjemput malam

aku ingin menjadi harum
dalam aromamu
mengukir wangi
di sepanjang waktu
pada pagi menjumpai senja

lalu aku lelap
memangku rindu
di ruang sunyi
tiada yang lebih indah
memejamkan mata
memelukmu luruh
melukis rindu...

Monday, May 04, 2009

tak kan ku pernah bisa

sungguh
memang aku
tak pernah tahu
semua ini
akan bermuara ke mana

tapi aku tak pernah bisa
membayangkan
kelak suatu saat
kau menjauh
kita berjarak

kesunyianku bakal menyergap
seperti daun kering
jatuh dari ranting
laksana bulan
ditinggal pergi gemintang

sekejap pun
tak melihatmu
tak membayangkanmu
terlebih kau menghilang
kehampaanku bakal begitu panjang