jakarta lagi perempuanku. aku tiba dari medan sekitar pukul enam petang. dari bandara, bersama theo aku langsung ke kantor dijemput pak sopir perusahaan. sampai di kantor sekitar pukul tujuh malam lebih sedikitlah. cukup cepat, karena jalanan cukup lengang. maklumlah, ini tanggal tua. orang-orang mungkin lebih betah di rumah. tapi coba lihatlah pekan depan, ketika hari gajian sudah berlalu. pasti jalanan macet di mana-mana. orang besar dan orang kecil, keluar rumah mencari hiburan. hidup bagai lingkaran sumpek yang harus disalurkan di setiap pengujung bulan... mungkin aku juga begitu. biar sajalah. tak penting juga kita mengurus hal seperti itu...
tapi terus terang perempuanku, aku selalu tak bisa menahan basah di mata ketika melihat, misalnya, bapak ibu dan tiga anaknya duduk di atas sepeda motor sedang menuju tempat rekreasi... sering aku lihat, setiap habis bulan, di persimpangan lampu merah, keluarga-keluarga kecil dan sederhana duduk di atas sepeda motor dengan air muka bahagia (bapak di depan, si kecil di depan si bapak, ibu di belakang mengapit dua anak lainnya. mereka berbincang dan tertawa, di tengah padat lalu lintas dan ancaman bahaya jatuh dari laju roda). betapa mengharukannya kebahagiaan mereka... ah! ada semacam keindahan yang tak bisa dibeli dengan cara apa pun, yang terpancar dari jiwa mereka...
perempuanku yang baik...
di sepanjang jalan menuju kantor, kami cukup sering tertawa. pak sopir yang menjemput kami memang lucu. namanya haji maulana. rambutnya memutih termakan usianya yang mulai renta. dalam logat betawinya yang kental--pak maulana ini memang betawi tulen--dia senang sekali bercerita tentang hidupnya. sewaktu muda dia sopir mikrolet, tapi bukan jurusan kalimalang, melainkan kampung melayu. kau tahu perempuanku? kelelakiannya, yang memicunya untuk bersikap penuh tanggung jawab terhadap anak dan istri, tak membuatnya lelah bekerja sebagai sopir. padahal kalau mau, dia bisa saja duduk-duduk atau tidur-tiduran mengandalkan uang dari anaknya yang sudah bekerja... diam-diam aku kagum, karena sebagai lelaki tua, dia tahu betul apa arti sebuah tanggung jawab pada keluarga...
sesampai di kantor, setelah beres-beres peralatan kerja dan berbasa basi dengan rekan sekantor, aku langsung membuka pesan-pesanmu. tak ada yang lebih menyenangkan selain membaca kata demi kata yang kau tuliskan di email. terima kasih perempuanku. penjelasanmu tentang atrium dan ventrikel amat berharga buat aku yang sama sekali tak paham urusan dalam tubuh manusia. terima kasih juga atas penjelasan kenapa engkau mencintai aku, termasuk upayamu meyakinkan bahwa engkau memang benar-benar menyayangi aku... dan terima kasih juga atas penjelasan bahwa tommy bukanlah siapa-siapamu, kecuali sebagai teman.
soal yang terakhir, percayalah manis, aku tak berpikiran macam-macam. kadang-kadang, berburuk sangka cuma membuat batin kita lelah. aku tak mau capek-capek menduga atau cemburu pada momen yang tidak tepat. sepenuhnya aku percaya padamu. hatimu terlalu baik untuk bersikap jahat atau mengecewakan aku yang berupaya tulus mencintaimu... oya, kamu cantik sekali di foto baru itu. jujur saja, melihatnya aku menjadi semakin minder. aku ini apalah. difoto dari sudut mana pun, tetap saja kau memanggilku dengan kata "jelekkku". bahkan, kau bilang aku lebih mirip bung hatta, tokoh proklamator itu. hahaha. aku benar-benar tak habis pikir. dia kan orang tua perempuanku? ada-ada saja... :)
ah, tapi kalau dipikir-pikir, buat apa pula aku minder? cantikmu adalah karunia Tuhan. dan sudah semestinya aku bersyukur saja ada bidadari yang nekat mencintai dan menyayangi aku. aku sudah cukup bahagia dianggap sebagai empat katup jantungmu, seperti istilah yang selalu kau sebutkan...
perempuanku yang cantik...
lucu juga membayangkan engkau dan temanmu main tendang-tendangan paper. hehehe... percaya deh, hal kecil saat kuliah akan begitu indah dikenang saat kau lulus nanti. aku doakan paper teman-temanmu bisa selesai cepat, sehingga rencana senin ke que tak terbentur lagi. salut buat kamu dan celine yang telah rampung lebih dahulu. tahukah kau perempuanku? semangat dan upayamu untuk menuntaskan paper itu membuat aku diam-diam kagum. di sela manja dan kejenuhan membedah buku-buku tebal, ada totalitas di dirimu yang membuat aku harus angkat topi... aku tak bisa berdusta bahwa aku menyukai perempuan cerdas. aku tak tahu engkau cerdas atau tidak, tapi dari kebiasaanmu melahap buku-buku, baik tebal atau tidak, lepas dari itu buku pelajaran atau bukan, aku percaya bahwa engkau memiliki kecerdasan yang membuat aku terpesona. kau tahu? karena kecerdasanmu pulalah aku jatuh hati, selain karena hatimu yang begitu baik dan humanis...
minggu besok, aku libur dulu, karena kebetulan juga adikku akan melangsungkan pernikahan. senin aku akan masuk kantor. menyusun naskah untuk tayangan sabtu atau minggu depan. di saat itu mungkin engkau sudah ada di que dan sedang serius di hadapan cadaver... jaga dirimu baik-baik. makanmu jangan telat, meski aku yakin kau lebih tahu soal kesehatan. lirik kiri kanan bolehlah, tapi ke perempuan saja. hehehe... kalau ke lelaki-lelaki keren, yah... gimana yah... susah juga aku. kau bilang tidak pun, aku tak tahu. itulah sebabnya, aku lebih menempatkan diriku untuk selalu percaya saja padamu... tak ada gunanya pula curiga macam-macam. isi kepalaku terlalu sulit untuk mencurigai engkau yang berhati baik itu. aku percaya sekali, andai ada sesuatu yang tak beres, pasti Tuhan tak akan tinggal diam... batinku pasti bakal tak enak di sini... aku hanya bisa berharap bahwa kita bisa saling menjaga tali kasih yang pelan-pelan dibina ini... cinta hanya akan melahirkan kelelahan jika berselimut kecurigaan dan ketidaksetiaan... semoga saja kita selalu paham itu...
sampai di sini dulu perempuanku yang baik... aku harus tidur. meski libur, besok mungkin hari yang melelahkan buat aku. sekali lagi, jaga dirimu baik-baik dan jangan nakal... aku sayang sekali padamu... Tuhan beserta isinya tahu betul itu... doakan aku mimpi indah tentangmu... siapa tahu kita bisa berjalan-jalan seusai hujan di bawah rindang pohon yang kau ceritakan itu...
salam sayang selalu,
aku, perisaimu...
Sunday, July 24, 2005
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment