Thursday, July 14, 2005

kepada putri rampen (2)

senja jatuh tanpa kegelisahan, perempuanku. ada garis di tepi langit. jingga menipis, bergelayut di sela arak dan biru langit. seperti lukisan terindah yang tergambarkan setelah kita bersua dalam mimpi dan khayalan: engkau tersenyum seraya menarik ekor mata... senyum yang sedikit pun tak membuatku jenuh merajut waktu yang memenatkan.

perempuanku, tiga jam lebih sedikit sudah engkau pergi. betapa ada sesuatu yang sulit tergambarkan. aku tiba-tiba saja seperti sendirian. kerinduan mengental, meletup bagai keresahan perut gunung yang tak tertahankan. tapi apa perlu kerinduan dan ketakutan disatukan? barangkali engkau benar. tak perlulah kita larut mebahas sesuatu yang sebetulnya tak patut diperbicangkan. dan aku tersentak. dalam kebeliaan, sudut pandangmu seperti warna sore hari ini: matang menjelang rembang. teduh menjelang hujan... betapa menyenangkan menyayangimu, perempuanku...

aku tak tahu... kini di langit mana kau terlelap. aku memandang langit dan mataku silau. berharap engkau melambai tersenyum. kebodohan yang janggal bukan? cinta memang membuat kita menjadi dungu, barangkali. kalau tak salah menerka, sekarang kau sedang melahap tiga buku tebal yang kau peluk saat ke kabin? dan diam-daiam aku memanah bayangan: seorang perempuan cantik berkemeja kuning, rambut tergerai nyaris sepinggang, rok jins pudar selutut, bersandar sambil membolak-balik lembar demi lembar tentang jaringan dan sel yang rumit, tentang kulit yang melapuk terkena kanker. tak perlu aku melihat lekuk tubuhmu perempuanku. membayangkan kau tertunduk membaca saja imajinasiku sudah terkoyak. bagiku, seksi rupanya punya kelas tersendiri. dan kau duduk di tingkatan yang tak tersentuh. seksi dengan kelas yang begitu indah... betapa mengganggunya...

pekerjaanku menulis akan selesai sekitar dua puluh menit ke depan. kepalaku pening. mungkin lantaran kurang tidur, tapi aku senang. semalaman kita berbincang panjang lebar tentang warna-warni dan masa kecil. tentang air hujan dan pengujung januari yang basah nanti. aku tak sedang takut, perempuanku. setiap gerak telah menjadi senyuman, seperti tarian kecak yang tak pernah kehilangan gairah di sudut desa jembrana pulau dewata. kau tahu perempuanku? berkali-kali kubaca pesanmu, berkali-kali pula aku gila dengan sendirinya. tersenyum sambil berdendang tentang sepasang burung merpati bercinta--aku tak tahu ini lagu siapa, sepertinya aku mengarang begitu saja... nadanya tak enak dan ngawur. tapi liriknya menarik: kita mengepak di sela taman... di atas bunga-bunga membawa sekuntum cinta yang tak mengenal dusta...

dan kembali aku membaca pesanmu... betapa bahagianya melihat kalimat yang kau tuliskan menari-nari: i love u... and God know i love u! big kiss n love... --putri rampen--

terima kasih senja indah dan bunga pagiku...

0 comments: