dan kami kehilangan bunyi
kota terlalu rakus menelan sunyi
tak seperti dongeng pagi
tentang kecipak patin di jernih sungai
juga kicau murai rimba di ranting jati
lalu kami kehilangan tempat berteduh
panas melepuh
kulit memedih
kaca-kaca meninggi saling tindih
lalu lintas memadat
amarah menjerat
lihatlah
three in one bohong besar!
pelukan ozon tinggal janji
maka kami pasrah
pada debu hitam mewabah
pada gatal air hujan
pada apa pun...
ibu, kenapa tak kau bilang kami menelan kuman?
kami harus selalu terpejam
barangkali
agar sejenak
mimpi menyelam
mencium terumbu dan tenggiri
atau terbang
menemani layang dan elang
menunggangi pelepah pisang
seperti koboi texas yang enggan pulang
atau menari di hamparan savana
merayapi bukit tak bernama
berkejaran menjemput senja
yang kerap basah di tepi januari
*untuk anambo tono yang gelisah
Tuesday, December 06, 2005
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
5 comments:
untuk ku manaaaaa....?
Aku juga mau dong dibuatin puisi Choy...
hi hera... iya nanti dibikinin ya, soal perbedaan itu kan? sip deh... sabar ya...
mimpi dan lagi-lagi mimpi..bosan..
Hidup tidak hanya untuk berpasrah dong bang...Berdiri tegak sedikit.
eh, sekali-sekali deh mimpi basah... pasti bakal ketagihan... huhuhuhu. ga dings. :)
Post a Comment