Friday, September 05, 2003

Kembar Program Berita Televisi

BERSAHABAT di lapangan, bersaing dalam menyiarkan berita. Hal seperti ini sudah menjadi kelaziman kerja wartawan. Baik jurnalis media cetak maupun elektronik, kearkaban saaat meliput adalah hal yang tak terhindarkan. Tak jarang, kedekatan itu membuat para wartawan seakan lupa bahwa sebetulnya, mereka berada pada payung berbeda. Saling memberi atau berbagi informasi adalah wujud lain lengketnya hubungan para reporter di lapangan.

Para wartawan yang sehari-hari meliput berita-berita politik, ekonomi, hukum, atau hiburan, umumnya memang kerap bergerombol. Berduyun-duyun ke suatu tempat, lalu pindah lagi ke tempat lain. Begitu melihat sumber berita yang dicari, bersama-sama pula mereka menyorongkan tape recorder atau mike dan handphone. Bergiliran melontarkan pertanyaan, meski banyak pula yang cuma merekam sumber berita berbicara.

Paling banter, satu dua wartawan saja yang bergerak sendiri mencari sumber berita. Biasanya, untuk yang terakhir ini, si wartawan bekerja untuk media berkala mingguan. Bisa majalah, tabloid, atau untuk sebuah program khusus televisi. Ini pun belum tentu kasus yang diliputnya menarik dan cukup ekslusif. Sebab, kerja pers yang memproduksi berita dengan periodesasi terbit mingguan atau bulanan, cenderung sekadar mengkonfirmasi ulang kasus-kasus yang sebelumnya dilansir media harian. Ini membuktikan bahwa investigasi reporting untuk sebagian besar wartawan di Indonesia belumlah membudaya. Satu hal yang amat disayangkan, mengingat betapa banyak--sekadar contoh--kebobrokan di lingkaran birokrasi pemerintahan atau dunia bisnis.

Untuk dunia televisi, boleh jadi, cermin dari senangnya wartawan bergerombol dari suatu tempat ke tempat lain itu adalah lahirnya program-program kembar. Ambil contoh, misalnya, Indosiar dengan Patroli, yang kemudian diekori Buser di SCTV, Sergap di RCTI, TKP di TV7. Ada kesan latah tampaknya yang melatarbelakangi program jenis ini. Memang, mengekor sesuatu yang menarik tak ada salahnya. Sebab, barangkali, bukanlah urusan stasiun televisi untuk memenuhi hak masyarakat menerima informasi yang tak sejenis. Stasiun televisi tahunya, sebuah program yang menarik dan banyak penonton akan laris iklan. Dan iklan adalah nyawa sebuah stasiun partikelir.


***

Wartawan bekerja untuk media harian, besar kemungkinan, dia memiliki kasus menarik yang cukup ekslusif. Wartawan yang terlihat berjarak atau cenderung menyendiri, besar kemungkinan, akan melahirkan ganjelan antara si wartawan tersebut dengan wartawan lainnya. Tentu tak setiap kasus begitu. Namun, seringnya, ya, begitu itu.

0 comments: