lalu dengan seenaknya mereka menilai seolah-olah aku adalah daging yang lahir dari rahimnya...
dan semuanya pun membuatku tersudut
terkucil di antara riuh rendah kenyataan yang membuatku takut
kawan, apa yang akan kau lakukan ketika orang-orang sepihak menginjak hatimu?
diam?
merutuk semata?
marah?
memukulnya?
meludahi?
mencaci?
barangkali beginilah garis hidup
adakalanya kita terjungkal
tersandung kerakal
jatuh dan sesekali kita kesakitan
dan kini aku pada tahap menelan semua dengan diam...
Tuesday, March 29, 2005
Wednesday, March 16, 2005
rindu di tepi hari
lalu dia terbang entah ke mana
tanpa sayap, tanpa layar, tanpa apa-apa
dari punggung bukit sunyi
hanya tapak kakinya terlihat
tapak kaki yang pernah menjejakkan cinta
di tanah hati yang basah
aku tak tahu akankah dia kembali
begitu tinggi dia melayang
tak sejumput harap semestinya kuhampar
tapi apa yang bisa kubuat jika rindu sulit dikendalikan?
di tepi hari aku cuma bisa menanti
barangkali dia terjatuh
dan kutangkap jiwanya dengan tangan yang pernah melukainya...
tanpa sayap, tanpa layar, tanpa apa-apa
dari punggung bukit sunyi
hanya tapak kakinya terlihat
tapak kaki yang pernah menjejakkan cinta
di tanah hati yang basah
aku tak tahu akankah dia kembali
begitu tinggi dia melayang
tak sejumput harap semestinya kuhampar
tapi apa yang bisa kubuat jika rindu sulit dikendalikan?
di tepi hari aku cuma bisa menanti
barangkali dia terjatuh
dan kutangkap jiwanya dengan tangan yang pernah melukainya...
Saturday, March 12, 2005
pada bulan dia menangis
pada bulan dia menangis
air matanya jatuh
menetes di tanah merah
kering sendiri karena angin
senja pergi tak bilang-bilang
mungkin karena seharian ini terik tak mampir
dia masih menangis pada bulan
tak ada lagi air mata
hanya lenguh yang terdengar
tak berkesudahan
simpan saja mimpi itu di sela bintang
mungkin bisa pudar terkena batu cakrawala
puingnya menjadi kristal
merepih pendar ke mana-mana
menerangi hati yang sunyi
mungkin juga yang telah mati...
air matanya jatuh
menetes di tanah merah
kering sendiri karena angin
senja pergi tak bilang-bilang
mungkin karena seharian ini terik tak mampir
dia masih menangis pada bulan
tak ada lagi air mata
hanya lenguh yang terdengar
tak berkesudahan
simpan saja mimpi itu di sela bintang
mungkin bisa pudar terkena batu cakrawala
puingnya menjadi kristal
merepih pendar ke mana-mana
menerangi hati yang sunyi
mungkin juga yang telah mati...
Sunday, March 06, 2005
aku, gunung, dan laut
aku ingin mendaki gunung
melukis langit dari puncaknya
dengan huruf-huruf cinta yang tersisa
aku ingin merenangi lautan
merangkai terumbu yang terpencar
dengan hati yang tak pernah selesai
perempuanku tak ada di langit
juga di dasar lautan
dia ada di hatiku yang tak pernah selesai
yang tak pernah selesai...
melukis langit dari puncaknya
dengan huruf-huruf cinta yang tersisa
aku ingin merenangi lautan
merangkai terumbu yang terpencar
dengan hati yang tak pernah selesai
perempuanku tak ada di langit
juga di dasar lautan
dia ada di hatiku yang tak pernah selesai
yang tak pernah selesai...