Thursday, April 19, 2007

Kalah

Tuhan tidak ada di website.

BURUH adalah orang kalah dengan garis nasib mustahil menjadi pemenang. Dan pemilik modal adalah raja yang tapak kakinya bekerja lebih cepat ketimbang otak dan nurani, sehingga mampu menendang siapa pun yang dikehendaki tanpa pernah berpikir panjang. Padahal kita tahu, sinergi keduanya adalah uang. Produksi, apa pun jenisnya, adalah tujuan akhir agar perusahaan tetap berdiri dan mereka yang hidup di dalamnya bisa membeli beras.

Tapi tidak ada Tuhan di website.

Maka ketika belasan pekerja kontrak harus menelan kekalahan sebagai orang yang sengaja disingkirkan, kita seperti melihat ini bukan sekadar takdir. Ini lebih menyakitkan dari sebuah garis hidup sebagai pecundang. Tidak ada yang peduli. Tidak ada yang ingin tenggelam dalam kepusingan.

Memikirkan nasib belasan pekerja malang hanyalah membuang-buang waktu. Sebab pemilik modal memang raja yang tak bisa dilawan atau dibantah. "Keluarlah kau buruh, dan keluarlah ia dengan mudah". Sesudahnya, terserah dengan jalan kita masing-masing-- istri yang tengah hamil tua, atau ibu yang masih berharap bantuan uang agar tak susah payah menjual pisang goreng, atau kekasih yang berharap segera dinikahkan, atau masih banyak lagi yang semuanya tak akan pernah menjadi bahan renungan panjang pemilik modal.

Dan memang tidak ada Tuhan di website.

Kita tetap sebagai orang kalah dan tak perlu bermimpi menjadi juara. Kita tak menemukan apa pun di sini selain tenggelam memendam amarah. Kita memang disingkirkan. Dibuang sewenang-wenang dan tak seorang pun tulus menolong. Musibah mungkin jalan lapang ke arah hikmah, tapi salahkah kita bersedih dan kebingungan karena tak menemukan Dia di sini? Nasib mungkin sudah menjadi buruh yang resah.

"Di era kapitalisme liberal, buruh ditindas majikan, tapi di era neoliberalisme, buruh ditindas sesuatu yang anonim, teknologi". kata murid filsuf Jerman Heidegger, Herbert Marcuse.

dan kita tahu, kita dikalahkan teknologi yang tak jelas arah dan konsepnya... yang menyakitkan, kita tak menemukan Tuhan di sini...

Saturday, April 14, 2007

hilang begitu saja

aku menjadi takut
pada waktu
pada detik
yang menggigil
setiap kali
cinta mendekat

aku menjadi enggan
pada air
pada tanah
yang bergetar
setiap saat
cinta melekat

aku menjadi takut
telanjang di ilalang
tanpa hari-harimu
yang hilang begitu saja...

Monday, April 02, 2007

tak ada lagi

kini daun merah tua layu
tak ada lagi lambaian cemara
juga kilapan sirip ikan mas
kunang-kunang meremang
membangunkanku bersamamu

kini merpati jatuh layaknya layang-layang
seperti ilalang tertiup angin
lunglai padaku
redup padaku
sejenak setelah kau tutup pintu itu
menyisakan alur panjang
meninggalkan remah-remah ketakberdayaan

kini segala keindahan bunga
muncul menyelinap lalu memudar
tak ada lagi mekarmu
dan terapunglah segala rinduku
ditelan ombakmu