Saturday, December 09, 2006

aku pamit

tak kulihat sedikit pun
kau berniat
menikmati selain yang satu itu
sebatas itukah
hatimu menghargai
cinta dan sayang
yang kau ucapkan
di setiap pengujung malam

tidak tahukah engkau?
semula
aku kerap dihantui mimpi
kita bisa menjadi satu
rebah bersama pada ruang dan waktu
tempat kita bisa memungut daun-daun
menapaki jalan basah di hujan januari nanti

tidak sedikit pun kulihat itu ada
lalu salahkah
bila aku
memintamu berhenti
dan menurunkan aku
di sudut jalan ini
jalan tempat kita dulu pernah tergelak
jalan tempat kita pernah melukis janji
pada senja hari
ketika gerimis baru saja berhenti

8 comments:

Anonymous said...

Kenapa sih choy kita selalu mengalami hal yang sama di saat yang sama.

Tadi pagi aku pamit dengannya. Menghentikan diriku di titik ini. Karena kulihat masa depan yang hanya akan terkubur menjadi ruang-ruang mimpi.
Tak satupun yang kami inginkan akan menjadi ada.
Maka kuputuskan untuk pamit di titik ini.

Tidak akan ada dekapan hangatnya
Tidak akan ada ciuman manisnya

Akan kurindukan caranya tertawa
Akan kurindukan pandangan lembutnya

Kenapa embun selalu berubah menjadi air mata?

me said...

lho, maaf nih, emang ini siapa ya?

Anonymous said...

Mau tau aja...

me said...

lah... gitu sih? pantes aja selalu ga nemuin titik yang pas... ada keegoisan di sana yang bikin males cowok-cowok... mungkin ya. ga tau juga... :)

Anonymous said...

Aku dan dia dilahirkan dalam nafas yang se-udara
Aku dan dia berpijak di atas rumput yang sama
Aku dan dia dipertemukan untuk jatuh cinta, mencinta, dan bercinta
Namun aku dan dia "berbeda dalam semua kecuali dalam cinta"

me said...

jodoh di tangan Tuhan lagi... santai aja... hehehe...

Anonymous said...

Yoi yoa.kan gue cuma bales-balesan puisi lo doang..Heuehueheuheuh..
Choy,biar jodoh di tangan Tuhan kapan nih kawinnn?

me said...

jawab dulu ini siapa...