Tuesday, October 11, 2005

ariel dan sutini

apa yang bisa dilakukan ketika tekanan begitu kuat membebani kepala? ariel peterpan menulis lagu dan sutini memenggal kepala sahabatnya, ningrum. pilihan adalah hak, tapi menulis lagu dan membunuh bukanlah persoalan boleh atau tidak, melainkan soal perlu atau tak perlu, masuk akal dan tidak. dan ketika pilihan bodoh dan tak perlu sekaligus tak masuk akal sudah terjadi, salahkah sutini?

masuk ke dalam koridor agama jelas salah, karena membunuh adalah dosa. koridor hukum pun demikian. kini perempuan berusia 24 tahun itu mendekam di penjara, karena membunuh sahabatnya. utang yang bertumpuk, juga keinginan untuk memiliki limabelas gram emas di leher sahabatnya, membuatnya kalap. dia tak menulis lagu, malah membiarkan anaknya menyaksikan saat-saat ia menjerat leher sahabatnya dengan kawat, memenggal leher agar kepala sahabatnya muat ditaruh di kaleng cat.

berlebihan mungkin membandingkan ariel dan sutini. tapi hidup memang begitu. selalu ada kontradiksi yang ekstrem. ada garis nasib yang melekat dan tak bisa kita elakan. ada hal-hal baik, ada hal-hal buruk. tinggal terserah ingin apa dan mau jadi apa... patokannya satu saja, semoga kita bisa bahagia tanpa perlu menyesal di kemudian hari...

dan tenggelam di balik kubikal, aku larut pada sisa tatapan wajah salsabila, putri semata wayang ningrum, sahabat sutini yang tewas mengenasan itu. salsabila berusia setahun. dia musti merelakan tak lagi menyusu dari tetek ibunya... rasto, suaminya memeluk hangat dengan mata berurai... dan sutini meringkuk di sel yang dingin dengan air mata yang sulit berhenti menetes...

Tuhan, kenapa hidup harus memilih?

0 comments: