Sunday, October 23, 2005

di jalan itu

jalan itu basah perempuanku
malam lembab dan dingin merayap
seperti arak awan di kulit langit
kita termangu pada janji
di sudut persimpangan
di bawah merkuri yang remang
disirami rinai yang berkilauan

tapi malam nyaris memahat nyaliku, cha
seperti mpu yang dengan tenangnya mendedah ujung keris
kita diruncingkan pada tanda tanya
untuk apa sebenarnya kita ada
ke mana sesungguhnya kita melangkah

dan di jalan itu
kita masih termangu pada janji
berdua saja
seperti bulan dan bintang yang hadir
sesaat setelah gerimis berhenti

Saturday, October 22, 2005

no inferno

aku ingin memeluk malam sambil mendekap bayangmu
membiarkan waktu kedap
berlalu tanpa kata
tanpa suara

larut dalam mimpi
yang singgah setiap sepi menghampiri
ditemani jutaan gemintang
juga bulan yang enggan pulang
karena pagi tak ingin membiarkanku sendiri
sebab hari tak menghendakiku menjadi sunyi

Friday, October 21, 2005

di mana engkau sobat?

saya marah malam ini
begitu banyak kedengkian yang meruap
tak bisakah orang itu bersikap sedikit arif
di tengah hidup yang tak membutuhkan pembuangan energi dengan beriri hati?

saya gelisah malam ini
terlalu memuakkan menelan orang-orang itu berganti wajah
sebentar menjadi kambing, sedetik kemudian menjelma menjadi babi
tak mampukah bersikap sedikit bijak
di tengah hidup yang tak perlu menguras tenaga dengan sikap negatif mengurusi hidup manusia lain...

dimana engkau sobat, di saat saya membutuhkan waktu untuk sejenak tersenyum?

Tuesday, October 11, 2005

ariel dan sutini

apa yang bisa dilakukan ketika tekanan begitu kuat membebani kepala? ariel peterpan menulis lagu dan sutini memenggal kepala sahabatnya, ningrum. pilihan adalah hak, tapi menulis lagu dan membunuh bukanlah persoalan boleh atau tidak, melainkan soal perlu atau tak perlu, masuk akal dan tidak. dan ketika pilihan bodoh dan tak perlu sekaligus tak masuk akal sudah terjadi, salahkah sutini?

masuk ke dalam koridor agama jelas salah, karena membunuh adalah dosa. koridor hukum pun demikian. kini perempuan berusia 24 tahun itu mendekam di penjara, karena membunuh sahabatnya. utang yang bertumpuk, juga keinginan untuk memiliki limabelas gram emas di leher sahabatnya, membuatnya kalap. dia tak menulis lagu, malah membiarkan anaknya menyaksikan saat-saat ia menjerat leher sahabatnya dengan kawat, memenggal leher agar kepala sahabatnya muat ditaruh di kaleng cat.

berlebihan mungkin membandingkan ariel dan sutini. tapi hidup memang begitu. selalu ada kontradiksi yang ekstrem. ada garis nasib yang melekat dan tak bisa kita elakan. ada hal-hal baik, ada hal-hal buruk. tinggal terserah ingin apa dan mau jadi apa... patokannya satu saja, semoga kita bisa bahagia tanpa perlu menyesal di kemudian hari...

dan tenggelam di balik kubikal, aku larut pada sisa tatapan wajah salsabila, putri semata wayang ningrum, sahabat sutini yang tewas mengenasan itu. salsabila berusia setahun. dia musti merelakan tak lagi menyusu dari tetek ibunya... rasto, suaminya memeluk hangat dengan mata berurai... dan sutini meringkuk di sel yang dingin dengan air mata yang sulit berhenti menetes...

Tuhan, kenapa hidup harus memilih?

intermezo

lihatlah jalan itu, perempuanku
temaram merkuri
juga persimpangan yang bisu
di sisa hujan kita pernah tergelak
pada suatu saat

... dan pada akhirnya
lelah katamu
hujan pun terhenti
hati memberat
di jalan itu
aku begitu tersayat

Wednesday, October 05, 2005

tanpa sungguh-sungguh selesai

kepergianku ini justru karena aku mulai mencintaimu. satu hal yang sangat kuhindari, setelah bertahun-tahun sulit memahami perempuan. seharusnya aku meminta maaf, karena telah menjadi pengecut. tapi aku yakin kamu mengerti bahwa banyak hal sering diakhiri tanpa ucapan perpisahan. tanpa sungguh-sungguh selesai...

*kef

Monday, October 03, 2005

^%&%&$*$%$@#$%

pemerintah gila!
gila pemerintah!
tau gak sih pemerintah lo tuh gila!
gila abis!!!
sialan!
bangsat!
penipu anjing!
seolah-olah kita ini bodoh...