Wednesday, July 20, 2005

kepada putri rampen (9)

di kota ini aku adalah tikus yang tersesat. hilir mudik ke sana kemari tak keruan. dua kaki yang menopang tubuh menginjak tanah, tapi anganku melayang jauh entah ke mana. tak bisa kuingkari aku terus menerus teringat engkau perempuanku. kerinduan yang meruap tiap detik, bagai keringat yang tak henti mengucur dari pori saat hari terik.

dan semuanya begitu saja berubah. lalu aku teringat pembuka saman karya ayu utami: di taman ini aku adalah burung yang berbahagia. pembuka yang manis. yang juga tak bisa kupungkiri senada dengan yang kurasakan. dari sebuah ketersesatan, penat kerja seharian, dan menjadi riang karena engkau.

aku tak tahu kenapa begitu berharganya cinta yang jauh ini. ada semacam dorongan untuk selalu ingat, dan karena itu aku merasa dekat. tidakkah engkau merasakan itu pula perempuanku? sejujurnya aku cuma bisa berharap. kerinduan tak bisa diatur sedemikian rupa, karena dia cuma bisa hadir dari hati yang sebenar-benarnya merasakan cinta...

deli serdang. kabupaten ke arah selatan medan ini sebetulnya tak terlalu jauh. cuma makan waktu sekitar satu jam dari pusat kota. tapi macet jalan dan semrawut becak motor yang saling silang, membuat laju mobil yang kami tumpangi sedikit terhambat. medan memang bukan jakarta, tapi macet agaknya sudah menjadi keharusan bagi sebuah kota. dalam perjalanan ke kantor polisi yang membuatku terkantuk-kantuk, aku hanya bisa mengingatmu lewat baris demi baris pesan singkat di telepon genggamku, juga foto-fotomu yang aku bawa...

ini salah satu pesanmu yang kubaca: your love bring sunlight to my life warm my life with their presence. wheather you far away or close by my side. your love is a gift bring happiness and a treasure. i cannot buy that. my wish God always show the blessed to you, my hope God always provide you every single day you have, my pray i want in your side until forever... thank you for loving me... pie sunday!

aku tadi pergi sekitar pukul sepuluh pagi, semua selesai sekitar pukul delapan malam. bukan kerja yang ringan, tapi karena sudah terbiasa, semua menjadi enteng. lelah memang ada, tapi bukankah begitu hidup? kerja yang melelahkan tapi membuat senang, tentu lebih berarti ketimbang capek-capek kerja tapi hati tak senang. rencananya, kamis besok, kami akan ke rumah keluarga korban. mudah-mudahan lancar, karena kami dengar, ibu dari pelaku yang membunuh adiknya sendiri, agak-agak tertutup dengan wartawan.

ada hal yang membuat aku naik darah tadi. ayah yang membunuh anak tirinya, berkelit telah menganiaya. pancingan-pancingan pertanyaan yang kukeluarkan, tak membuat dia tersudut dan bisa dengan entengnya dia bantah. padahal, jelas-jelas karena pukulan-pukulannyalah anak itu mati.

tapi si ayah jahat ini tak bisa lagi membantah, setelah kubuka bukti otopsi yang menjelaskan bahwa ada kekerasan pada diri si anak: jaringan otak besar dan kecil si anak pecah, tulang lehernya pun retak, tengkorak kepalanya pun begitu, dan nyaris di sekujur tubuhnya penuh luka lebam hantaman benda tumpul. aku mengernyitkan dahi ketika melihat foto identifikasi: sesosok bayi laki-laki gemuk berusia tiga tahun, terbujur. sisa jahitan dari dada ke bawah perut bekas otopsi membekas jelas. begitu juga sepanjang tangannya. di sini aku sempat teringat engkau. mungkin beginilah cara kerja praktikmu di sana... betapa mengejutkan untuk seorang perempuan manja dan seringkali ngambek sepertimu... i love u babe...

yang tak bisa aku lupa adalah kedua bola matanya yang bulat tapi sudah rapat. bola mata itu melesak jauh ke dalam. mata yang teduh itu tidur panjang terpaksa, karena ayah yang, yah boleh dibilang, biadab. ah, sudahlah. manusia mungkin bisa khilaf, semoga saja pelaku ini bisa bertobat dan Yang di Atas mengampuni dosanya... siapalah aku ini perempuanku. tugasku hanya meliput dan mengabarkannya agar yang melihat bisa mengambil hikmahnya... semoga saja bisa...

aku baca pesan singkatmu di email. i miss u too honey... bagaimana dengan paper dan dosenmu? lancar? aku doakan semua beres tanpa kendala berarti. aku cuma mau bilang, jaga diri baik-baik, meski aku yakin engkau bisa melakukannya... dalam jauhku, aku cuma bisa berkata: aku percaya padamu... dan hanya bisa berharap engkau bisa menjaga cinta ini. tak muluk-muluk. karena dirimu aku hanya ingin tetap seperti burung yang bahagia di taman, bukan seperti tikus yang tersesat...

sampai di sini dulu perempuanku.. i love u... and i miss u so much!

3 comments:

Anonymous said...

ini fiksi apa kisah nyata sih? ...ato diary? ck ck ck.. beneran bersambung trouss...
buruan gih cari penerbit... biar ga disebut pujangga tanpa penerbit hehehhehe...

Anonymous said...

Feeling aku sih...ini "nyata"

Anonymous said...

e dodo e.......