Thursday, July 29, 2004

kita

kita pernah tidur di atas awan, lalu melayang di antara rinai hujan. sebentar kita terjatuh di liang, berderak melangkah untuk kemudian kita tersangkut-sangkut lagi rompal kerakal. air mata kita barangkali air mata keabadian, yang tak kering meski panas menyiram. kita berlari melawan arus lautan, di antara sunyi batu karang dan elang yang pulang... kita percaya, matahari belum lelap dan bulan juga tak tertidur sepanjang malam... ada yang kita jelang, sampai perjalanan ini lelah dalam kesunyiannya... dan pada detik yang tak lelahnya berputar, engkau tetaplah bintang pada pekat hati yang terdalam... tak seorang pun kuasa menggantikan. tak seorang pun. tak seorang pun....

Wednesday, July 28, 2004

aku

aku sering merindukan pagi, pada setiap malam yang selalu terasa pekat. bersandar pada dinding kamar yang sunyi, tiada yang lebih indah selain bermimpi. barangkali benar kata orang-orang bijak, hidup tak cuma hitam dan putih, karena ada abu-abu juga di sana. dan aku tak ingin lagi banyak bermimpi...

aku juga sering merindukan bulan, pada setiap sinar matahari yang terik. berlari pada tanah basah yang luas, tiada yang lebih menakjubkan selain diterpa angin. mungkin betul kata orang-orang pintar, menjalani keseharian tak perlu banyak mengeluh, karena masa depan tak membutuhkan rengekan. dan aku tak ingin lagi banyak menarik napas untuk berkeluh kesah...

saban pagi, angin selalu dingin. aku sering bermimpi ada di puncak bukit sambil berlari-lari kecil mengejar kupu-kupu. ditemani layang-layang dedaunan yang beterbangan, aku ingin menangkap burung-burung yang riang membuatku iri. dan biarkan aku yang terbang kini...

dan pada malam yang sunyi, bertafakur aku sendirian, mencoba menaruh setiap asa yang terpendam. hari esok adalah sebuah harapan yang harus kugenggam, karena aku tak mau umurku teraut waktu dengan sia-sia. pada aquarius yang memayungi, pada januari 1975 yang membungkus, izinkan aku terbang memetik gemintang di cakrawala...

Saturday, July 24, 2004

dia

dia datang dari ruang yang tak berpintu...
mengetuk hati, lalu bersemayam
siapa sangka ini sebuah anugerah?
tak kan kukunci cintamu
mari berdansa dan telanjang tanpa waktu mengurung...

Friday, July 23, 2004

cikandung

rembang malam baru saja berlalu
udara basah yang menusuk tulang
mata air yang dingin
lelaki itu tenggelam di tengah sunyi cikandung

alunan kecapi
kecipak ikan yang lari menghindari kail pemancing
dan bulan yang sembunyi di balik dedahan
lelaki itu menanti hidupnya tak lagi sepi

pada siapa
tak tahu
mungkin lalai dia
hingga bisa begitu jauh...

sampai penat tak lagi terasa

dia terlelap ketika jangkrik berderik...
krik, krik, krik...
malam ini seperti kemarin
angin dingin, mungkin karena sisa hujan petang tadi
tapi di mana bintang-bintang?
krik, krik, krik...
o, bintang sembunyi di balik pekat awan
barangkali karena tak ingin menganggu dia yang lelah...
sebab esok adalah tanda tanya
krik, krik, krik...
dan lusa lagi-lagi pertanyaan yang diberi tanda-tanda...
dan dia selalu bertanya-tanya...
sepanjang hari, sampai penat tak lagi terasa...
krik, krik, krik...

Wednesday, July 21, 2004

bulan dan bintang

lelaki itu pulang membawa bintang
sendirian di antara remang bulan yang muram
bertanya pada malam
menjawab angin dengan diam

lelaki itu datang membawa bulan
sendirian di antara kerlip bintang yang pendar
berlari pada siang
menjawab debu dengan geram

lelaki itu tak mengerti
sudahkah engkau tidur hari ini?
sekadar memahami apa yang selama ini tak pasti...
lelaki itu diam di sudut ruang
sunyi
dia melenguh senyap... hampa sekali...

Thursday, July 15, 2004

air mata

air mataku air mata yang tak akan dimengerti...
maka biarlah aku menangis
sendiri di senja sunyi
di atas tanah yang penuh duri dan segala macam dusta...
biarlah, biarlah...