Thursday, April 03, 2003

Untuk Sebuah Kemuliaan Corrie

DIA baru berusia 23 tahun, usia yang sebetulnya sangat pas untuk menikmati hidup. Tapi dia berani bersikap lain: mati membawa keberanian melawan kebiadaban, ketika Ahad menapak di angka 16 Maret.

Rachel Corrie nama gadis itu. Lahir di timur laut Amerika Serikat, datang ke tanah yang sulit sekali untuk bermimpi: Palestina. Bersama teman-temannya, mahasiswa Evergreen State College di Olympia, Washington, ini datang mengusung bendera Solidaritas Internasional. Dia ingin membebaskan orang-orang Palestina yang lemah dari ketamakan Israel, yang setapak demi tapak merampas tanah warga Jalur Gaza.

Dan menghadanglah Corrie di muka rumah penghuni yang hendak dilumat buldoser, di Kota Rafah. Dia mencoba membujuk pengemudi bulodser berkebangsaan Israel itu. Menggunakan loud speaker, Corrie berteriak agar buldoser berhenti. Tapi, hati pengemudi itu sudah tuli. Dia terus merangsek, tak peduli pada jiwa Corrie yang tengah tegak berdiri. Dan tergilaslah Corrie. Dia mati, membawa keberanian yang sulit, menyisakan amarah tertahan.
















Pada ketidakadilan dan kesewenang-wenangan yang tak masuk akal, saya mendoakan Corrie menari di surga...

0 comments: